tag:blogger.com,1999:blog-45440065662999597002024-02-20T11:54:37.761-08:00taman bunga mawarkarena cinta, duri menjadi mawarUnknownnoreply@blogger.comBlogger42125tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-53306222005591683142011-11-06T18:20:00.000-08:002011-11-06T18:27:28.955-08:00Otak-atik OTAK<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgteuyl_XYLq31fLHv5ZJq5iTgN1qSciP5PrN3X2w2eJOKYeiUxjWCVoREPA0j5B0J7VdgZ99wP2ru85dMb9oMl7AXMEqkfSSHTVc5U27p7e1gzOopUwMw8yKR1e-vWhB7NPJ_Ee-4agQ/s1600/otak.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 214px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgteuyl_XYLq31fLHv5ZJq5iTgN1qSciP5PrN3X2w2eJOKYeiUxjWCVoREPA0j5B0J7VdgZ99wP2ru85dMb9oMl7AXMEqkfSSHTVc5U27p7e1gzOopUwMw8yKR1e-vWhB7NPJ_Ee-4agQ/s320/otak.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5672073377131399794" /></a><br /><br />Allah selalu menantang manusia untuk mengamati, menganalisa dan belajar terhadapa alam sekitar. Tuhan menyebutnya sebagai ayat ayat Allah, pertanda akan keberadaan-Nya. <br />disanping Dia bersifat transenden, yang tak terlampui, Dia juga bersifat imanen, Dzat yang dapat ditemukan (bersembunyi di balik ciptaan-Nya. <br />maka Allah menantang dan merangsang manusia untuk selalu mengoptimalkan otaknya untuk berfikir dan merenung secara kreatif.<br />"afala ta'qilun, apakah kau tak menggunakan akalmu..?"<br />"afala tatafakkarun, apakah kau tidak berfikir.."<br />maka adalah sebuah kdhaliman yg sangat apabila kita tidak mengoptimalkan otak kita, membiarkannya membeku, jumud dan mati.... padahal otak semakin digunakan akan semakin bagus, cemerlang dan kreatif...<br />selamat berpikir...Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-26555894477361256462011-11-06T18:12:00.000-08:002011-11-06T18:18:44.442-08:00Nasehat Bijak Einstein tentang Hidup Sukses<span style="font-weight:bold;"></span>Tak perlu bersiap-siap mengernyitkan kening, kita hanya akan membahas ringan tentang filosofi hidup singkat Einstein. Tidak ada Fisika, nuklir, atau hal-hal jenius. Hanya small things tapi sering terlupakan, padahal berpengaruh besar terhadap kehidupan kita.<br /><br />Apa saja nasehat bijak Einstein? yuk kita lihat. <br /><br />1. Buntuti Terus Rasa Ingin Tahu Anda<br /><br />“Saya bukan memiliki bakat khusus. Hanya selalu menikmati rasa ingin tahu saja.”<br /><br />Membaca kutipan Einstein di atas membuat saya bertanya-tanya Seperti apa rasa ingin tahu itu? Saya selalu bertanya-tanya mengapa ada orang sukses, sementara banyak lainnya gagal; karena itu saya menghabiskan banyak waktu membaca banyak bahan. Mencari tahu koneksi berbagai hal terhadap kata ‘sukses’.<br /><br />Mengejar jawaban rasa ingin tahu Anda adalah kunci rahasia kesukesan.<br /><br /><br />2. Tekun itu Tak Ternilai.<br /><br />“Saya bukannya pintar, boleh dikatakan hanya bertahan lebih lama menghadapi masalah.”<br /><br />Bayangkan seekor kura-kura di tengah rimba gunung, sementara dia ingin menuju pantai. Atau, apakah Anda setekun tunas mangga terus-menerus bertumbuh, berkembang sehingga akhirnya berbuah?<br /><br />Ada ungkapan bagus popular di kalangan pegawai pos, ‘selembar prangko menjadi bernilai hanya karena ketika dia menempel pada surat hingga mengantarnya sampai ke tujuan’.<br /><br />Jadilah seperti prangko, selesaikan apa yang sudah Anda mulai.<br />3. Fokus pada saat ini.<br /><br />“Seorang pria yang bisa menyetir dengan aman sementara mencium gadis cantik, sebenarnya tidak memberi penghargaan yang layak untuk ciumannya itu.”<br /><br />Einstein kok ngomongin tentang ciuman ya? Ah, itu kan hanya istilah saja, Tapi saya ingin cerita tentang kejadian ketika saya menjaga kebun duren di kebun. Begitu banyak kera seperti menunggu saya lengah dan menyikat durian ranum di atas pohon. Ayah saya bilang, saya tak akan bisa menembak dua kera sekaligus. Pengertian saya atas kata-kata beliau adalah, ‘saya bisa melakukan banyak hal, tapi bukan semua hal sekaligus’. Belajar untuk ‘berada di sini, saat ini’; berikan perhatian kepada apa yang sedang Anda kerjakan.<br /><br />Energi terfokus adalah sumber kekuatan. Itulah perbedaan antara kesuksesan dan kegagalan.<br />4. Imaginasi adalah kekuatan.<br /><br />“Imaginasi adalah segalanya. Imaginasi adalah penarik masa depan. Imaginasi lebih penting daripada pengetahuan”<br /><br />Ungkapan Einstein ini sangat terkenal. Apakah Anda berimajinasi setiap hari? Imaginasi lebih penting dari pengetahuan! Imaginasi memainkan satu babak awal dalam pentas hidup masa depan Anda. Lagi, kata Einstein, “Tanda kejeneniusan sesungguhnya bukanlah pengetahuan melainkan imaginasi.”<br /><br />Sekali lagi, apakah Anda sudah melatih otot-otot imaginasi Anda setiap hari? Jangan biarkan otot-otot itu menjadi kurus dan sakit-sakitan. Hidup tanpa imajinasi seperti mengikuti aliran sungai, pasrah mengikuti apapun kemauan dan ke mana arahnya. Tak memiliki kuasa atas apapun terhadap pilihan pun keinginan. Menyedihkan.<br /><br />5. Buat Kesalahan.<br /><br />“Seseorang yang tidak pernah membuat kesalahan sebenarnya tak pernah mencoba sesuatu yang baru.”<br /><br />Einstein tak pernah takut dengan kesalahan. Tak perlu alergi dengan kesalahan. Catat baik-baik, KESALAHAN bukan KEGAGALAN. Dua hal tadi berbeda. Kesalahan-kesalahan dapat membantu Anda menjadi lebih baik, lebih cepat, lebih cerdas–jika Anda menggunakannya dengan tepat tentunya.<br /><br />Carilah sesuatu berbau baru–something new–dari kesalahan Anda. Seperti sudah dibilang sebelumnya, jika ingin sukses, belajar lebih banyak dari kesalahan Anda.<br />6. Hidup pada saat ini.<br /><br />“Saya tak pernah memikirkan masa depan–itu akan datang sesaat lagi.”<br /><br />Satu-satunya jalan agar hidup Anda baik dimasa depan adalah hidup dengan baik pada saat sekarang. Ah, lagi-lagi nasehat bijak untuk menyikapi waktu dengan tepat oleh pakar fisika quantum Einstein.<br /><br />Sangat tak mungkin mengubah kemarin karena sudah terjadi. Anda bisa lakukan sekarang adalah mengubah cara pandang Anda SAAT INI tentang kemarin agar menjadi lebih baik. Anda juga tidak bisa mengubah besok menjadi lebih baik, kecuali jika Anda melakukan yang terbaik pada saat ini.<br /><br />Masalahnya hanya tentang waktu, dan waktu tidak pernah ke mana-mana kok <br />7. Hargai diri Anda.<br /><br />“Berusahalah dengan keras bukan untuk menjadi sukses, tapi untuk menjadi lebih berharga.”<br /><br />Tak perlu lah banting tulang untuk menjadi lebih sukes. Luangkan waktu Anda untuk menaikkan nilai diri Anda. Jika Anda memang bernilai, sukses akan datang menghampiri Anda. Apakah Einstein bekerja lebih keras untuk sukses? Saya pikir dia hanya terus menerus berinvestasi untuk meningkatkan nilai dirinya. Sukses datang sendiri kepadanya.<br /><br />Kenali bakat dan berkah karunia-Nya kepada Anda. Belajarlah mengasah mereka menjadi lebih tajam, gunakan untuk memberi manfaat sebanyak-banyaknyak kepada orang lain.<br />Bekerjalah untuk menjadi bernilai, sukses akan mengejar Anda. Apakah berlian harganya sama dengan kerikil? Anda punya jawabannya Keduanya mengalami tekanan berbeda sehingga membedakan nilainya.<br />8. Jangan mengharapkan Hasil Berbeda.<br /><br />“Kegilaan: adalah melakukan sesuatu dengan cara sama berulang-ulang dan mengaharapkan hasil berbeda.”<br /><br />Nasehat bijak Enstein di atas adalah favorit saya Anda jangan mengharapkan hasil menjadi lebih baik jika Anda masih bertahan dengan cara yang Anda pakai sekarang. Dengan ungkapan lain, Anda mimpi mengharapkan otot bisep Anda menjadi lebih ‘seksi’ jika masih mengangkat barbel ringan terus menerus.<br /><br />Jika ingin hidup Anda berubah, Anda harus berubah. Mengubah cara pikir, cara pandang dan cara melakukan sesuatu. Ketika Anda mengubah pikiran Anda, mengubah Sudut pandang Anda, mengubah tindakan Anda, hidup Anda akan berubah dengan sendirinya.<br /><br />Guys, bayangkan hal berikut: Ada seorang gadis manis tepat di depanmu. Bandingkan kedua aksi berikut. Pertama, kamu senyum tulus, reaksi si gadis adalah membalas senyummu. Kedua, kamu melotot padanya, bisa ditebak apa reaksi di gadis? <br />9. Pengetahuan terasah melalui Pengalaman<br /><br />“Informasi bukanlah pengetahuan. Satu-satunya sumber pengetahuan adalah pengalaman.”<br /><br />Setuju pak Einstein, saya tak berani membantah nasehat bapak di atas. Anda lebih berpengalaman daripada saya <br />Pengetahuan itu berasal dari pengalaman. Anda bisa mendiskusikan sebuah proyek; tapi diskusi itu hanya akan memberi Anda informasi. Anda harus melakukan proyek tersebut untuk ‘tahu’ apakah proyek tersebut berjalan dengan benar atau tidak. Anda harus melakukannya untuk mengatasi munculnya masalah-masalah ditengah proyek berjalan. Itu membuat Anda memiliki pengalaman baru dan bermanfaat.<br /><br />Apa pesan Einstein? Carilah pengalaman! Jangan habiskan waktumu nonton sinetron cinta sementara dirimu setengah mati menginginkan pacar, misalnya Keluar dari duniamu sekarang dan pengalaman tak ternilai menunggumu di luar sana.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />10. Pahami Aturan Main, Lalu Bermainlah Lebih Baik.<br /><br />“Anda harus memahami aturan permainan. Kemudian Anda harus bermain lebih baik daripada pemain lain.”<br /><br />Bagi Einstein, dia cukup memahami aturan-aturan dasar Fisika lalu berpikir dan bekerja lebih baik dibanding fisikawan lainnya. Sederhananya, anda cukup melakukan dua hal saja.<br /><br />Pertama, yang harus anda lakukan adalah memahami ‘peraturan’ bagaimana cara Anda melakukannya. Kedua, Lakukan pekerjaan tersebut lebih baik dibanding orang lain. Jika Anda mampu melakukan dua hal ini dengan baik, sukses pasti masuk ke kantong Anda <br /><br />Well, itu tadi 10 kutipan nasehat bijak Albert Einstein dan terjemahan bebas oleh saya Semoga bisa bermanfaat untuk menjadi inspirasi dan membuat hidup lebih bijak.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-76885735665050762682010-05-30T20:08:00.000-07:002010-05-30T20:15:37.766-07:00BOBOT SEBUAH DO'A<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpaV_cDpKGBKMQ62yHHPDNoHDDrhkXvTduQsTM0o4XA8B9elZJKJMOloE2Y5Ruhra0ndJBchjMAUWxDWhDVzrSTqlhTr6quK14ZzY9H96iT2iv_QdzoWGPWWrUHkauwdweDaIuAZGTfw/s1600/DREAMS+AND+DISCIPLINE.png"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpaV_cDpKGBKMQ62yHHPDNoHDDrhkXvTduQsTM0o4XA8B9elZJKJMOloE2Y5Ruhra0ndJBchjMAUWxDWhDVzrSTqlhTr6quK14ZzY9H96iT2iv_QdzoWGPWWrUHkauwdweDaIuAZGTfw/s320/DREAMS+AND+DISCIPLINE.png" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5477266738521800626" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpaV_cDpKGBKMQ62yHHPDNoHDDrhkXvTduQsTM0o4XA8B9elZJKJMOloE2Y5Ruhra0ndJBchjMAUWxDWhDVzrSTqlhTr6quK14ZzY9H96iT2iv_QdzoWGPWWrUHkauwdweDaIuAZGTfw/s1600/DREAMS+AND+DISCIPLINE.png"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpaV_cDpKGBKMQ62yHHPDNoHDDrhkXvTduQsTM0o4XA8B9elZJKJMOloE2Y5Ruhra0ndJBchjMAUWxDWhDVzrSTqlhTr6quK14ZzY9H96iT2iv_QdzoWGPWWrUHkauwdweDaIuAZGTfw/s320/DREAMS+AND+DISCIPLINE.png" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5477266738521800626" /></a><br />Maria, seorang ibu 7 anak, dengan sedikit ragu memasuki sebuah minimarket. Dengan langkah berat penuh ragu, ia mendekati kasir sekaligus pemilik toko, James.<br />“Pak James, bolehkah saya mengutang barang belanjaan, saya akan membayarnya bila sudah punya uang nanti” kata Maria lirih penuh harap.<br />“Tidak bisa, saya bisa rugi nanti, lalu apakah kau punya jaminan utangmu” jawab James.<br />“Tolonglah pak. Suami saya sudah satu minggu sakit, sedang anak saya tujuh orang. Tolong pinjami saya, saya janji akan membayarnya bila sudah punya uang” iba Maria.<br />“Kau tidak punya jaminan, saya tidak bisa meminjamimu” tegas James.<br />Pembicaraan itu tanpa mereka sadari diperhatikan oleh seorang pelanggan toko. “Pak James, saya akan membayar belanjaan ibu itu” ungkap pelanggan baik hati itu.<br />“Saya akan berikan gratis semua barang yang dia ambil” sergah James malu “nah, sekarang letakkan daftar belanjamu di timbangan”<br />Dengan hampir putus asa dan tertunduk, maria meletakkan selembar kertas daftar belanja ditimbangan. Tiba-tiba jarum jam timbangan mturun kebawah, sang pemilik toko dan pelanggan terbelalak heran. Maria segara mengambil barang yang dibutuhkan dan meletakkan pada sisi timbangan yang lain, jarum timbangan tak juga beranjak. Sampai akhirnya Maria selesai mengambil belanjaanya dan mengucapkan terimakasih. Pelanggan baek hati itupun memberikan selembar $50.<br />Diam-diam, si pemilik toko mengambil lembar belanjaan maria, disana tertulis sebuah do’a “Tuhan, Engkau tahu apa yang aku butuhkan, semuanya kuserahkan ke tangan-Mu”. James memeriksa timbangannya, dia menyadari, ternyata timbangannya rusak. Ternyata, hanya Tuhan yang tahu bobot sebuah do’a.<br />Saudaraku, mungkin karena kita lebih suka mendahulukan nalar, logika dan hitungan matematis. Kadang kita abai terhadap doa, bahkan meremehkan, “ doa hanya buat mereka yang malas, miskin dan putus asa”. Tapi, terkadang ketika semua pintu udah tertutup, masalah semakin menghimpit, ancaman semakin dekat, dan putus asa semakin membuncah, kita mengharap mukjizat, keajaiban dan pertolongan dari Dia yang tak terlihat, Dia yang selama ini kita abaikan. Emang udah sifat dasar manusia, lupa disaat senang, mengharap disaat terhimpit. <br />Jadi, sehebat apapun masalah, sedekat apapun ancaman dan sekecil apapun kekuatan kita. Sadarlah dan yakinlah, bahwa kita masih punya segemgam kekuatan Tuhan, segemgam doa. Dan, hanya Tuhan yang tahu bobot sebuah do’a.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-62563969617600754182010-05-20T00:20:00.000-07:002010-05-20T00:22:59.119-07:00BATMAN VS MBAH GENDENGHuh, siyal, masa’ bocor lagi sih”, ujar Batman gemas sambil menendang pintu BatMobile-nya perlahan. Meskipun kesal, ia masih cukup sadar untuk tidak melampiaskannya kepada kendaraan tercintanya, yang cicilannya belum lunas itu. Dengan susah payah, ia mendorong mobilnya ke pinggir, ke sebuah tambal ban yang kebetulan berada tidak jauh dari situ.<br /><br />“Mbah Gendeng – Nambal Ban Sejak 1911”<br /><br />Begitu tulisan yang tertera di atas “bengkel” kecil yang didirikan seadanya di bawah sebuah pohon beringin besar.<br /><br />“Bannya bocor ya, nak?”, tanya seorang kakek tua yang tiba-tiba muncul dari balik pohon.<br /><br />“Iya, mbah”, jawab Batman lesu, “sudah kedua kalinya nih. Padahal baru sekitar 5km lalu bocor dan ditambal.”<br /><br />“Hmmm…”, mbah Gendeng mengangguk-anggukan kepalanya dan mulai mempersiapkan peralatannya. Bak air sabun untuk memeriksa bagian ban yang bocor, dongkrak, pompa angin, dan sebagainya. “Silahkan duduk dulu aja di kursi kayu itu, nak. Biar mbah kerjakan dulu bannya.”<br /><br />45 menit berlalu, Batman mulai gak sabar. Maklum, ia lagi semangat-semangatnya untuk bangkit kembali dari keterpurukannya dan ingin segera sampai ke WTC untuk membuka gerai HP. Ditambah lagi, seekor kura-kura berseragam “Bukan Express” yang tadi disalipnya kini sudah berjalan melewati tempat ia duduk. “Masa’ Batman kalah cepet ama kura-kura”, pikir Batman dalam hati. Penasaran, ia mendekati Mbah Gendeng dan mengintip kerjanya.<br /><br />“Pantesan aja lama!”, sergah Batman kasar. “Lha wong kerjanya lambat banget gini! Apa gak bisa lebih cepet lagi, mbah?!”<br /><br />Mbah Gendeng meletakkan ban dalam BatMobile yang sedang ia pegang dan menoleh ke arah Batman. Tatapannya yang tajam membuat Batman secara tidak sadar mundur selangkah ke belakang. Tanpa disangka, dengan tidak kalah kerasnya, Mbah Gendeng balik bertanya, “Memangnya kamu pikir pekerjaan ini tidak penting sehingga harus dikerjakan dengan terburu-buru?”<br /><br />“Memang begitu, kan? Cuman nambal ban ini, apa pentingnya? Jauh lebih penting pekerjaanku yang ke sana kemari buat nyelamatin dunia dari orang jahat! Mbah tahu kan kalo aku ini Batman?!”<br /><br />“Iye, terus so what gitu loh, mau situ Superman kek, Batman kek, Barack Obama kek, SBY kek, tetep aja, jangan pernah ngeremehin pekerjaan saya!”<br /><br />Batman sudah akan membuka mulutnya lagi untuk menjawab, namun kakek tua itu tidak mau kalah cepat dan melanjutkan kata-katanya.<br /><br />“Dengarkan baik-baik, anak muda. Coba pikir. Seandainya tadi kamu dalam perjalanan untuk menyelamatkan ribuan orang dan banmu bocor, apa bukan berarti yang saya kerjakan ini tidak sama pentingnya dengan pekerjaanmu? Dengan memperbaiki ban bocormu dengan baik dan teliti, secara tidak langsung saya suda membantu kamu menyelamatkan mereka — ribuan orang itu.”<br /><br />“Tidak usah muluk-muluk. Setiap ban bocor yang saya perbaiki pasti berhasil membawa pengemudinya tiba dengan selamat sampai di rumah. Coba bayangkan apabila saya melakukannya dengan asal-asalan. Bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, bukan?”<br /><br />“Lihat ban dalammu ini”, Mbah Gendeng menyodorkan dua buah ban dalam BatMobile yang sedang ia kerjakan. “Perhatikan ini, bekas tambalan yang dilakukan oleh penambal ban sebelumnya. Kasar dan kurang kuat rekatannya. Itu sebabnya tadi ban mobilmu bocor lagi. Masih untung tidak terjadi apa-apa. Dan ini, yang ada di kanan, adalah hasil tambalan ban yang aku lakukan. Bandingkan!”<br /><br />Batman tercenung. Ia memperhatikan ban dalam pada bagian yang ditunjukkan oleh Mbah Gendeng dan ternyata memang benar, pekerjaannya kurang baik. Bahkan jauh dibandingkan hasil pekerjaan Mbah Gendeng. Padahal tadi ia cukup senang dan memberi tips lebih kepada penambal ban sebelumnya karena kerjanya hanya butuh waktu 5 menit saja.<br /><br />Dengan menunduk, Batman mohon maaf kepada Mbah Gendeng dan beringsut kembali ke kursi kayu untuk menunggu. Di satu sisi, ia malu terhadap apa yang telah ia lakukan, namun di sisi lain, ia gembira karena mendapat pelajaran baru tentang hidup dan juga tentang bisnis.<br /><br />“Aku pasti tidak akan kalah oleh Peter Parker”, ujar Batman dalam hati sembari tersenyum.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-23729632223605817172010-05-20T00:05:00.000-07:002010-05-20T00:13:22.298-07:00TEMPAYAN RETAK<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVN80ifcSbxDdjoKaIy_R1rS5f7NtQEEDgoujxrMa3gqIO1dtBZwVkbF41eiQ7JsPJvHn-6okh5f2gyMYzJgNORpRjOnrJ7BoVTHKfKolZmd6U7i5lKbHPS6qSXnDH7Q9Ov-PkFddLBA/s1600/couple-small.gif"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 170px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVN80ifcSbxDdjoKaIy_R1rS5f7NtQEEDgoujxrMa3gqIO1dtBZwVkbF41eiQ7JsPJvHn-6okh5f2gyMYzJgNORpRjOnrJ7BoVTHKfKolZmd6U7i5lKbHPS6qSXnDH7Q9Ov-PkFddLBA/s320/couple-small.gif" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5473246851680306130" /></a><br />Seorang penjual air memiliki dua tempayan yang dipikulnya di bahunya. Dia menjual kerumah-rumah di kampung. Tetapi dari dua tempayan yang ia miliki, salah satunya retak. Sehingga sang penjual air tidak bisa menjual air dua tempayan penuh, melainkan satu separuh.<br />Mengetahu kondisinya yang retak, sang tempayan merasa kecewa pada dirinya, ia pun berkata pada si penjual “ maafkan aku, aku tidak bisa memberimu air satu tempayan penuh, karena kondisiku yang retak. Aku mengecewakanmu”<br />“Ooo tidak, tidak apa-apa, bukankah dengan adanya dirimu aku bisa membawa dua tempayan air” jawab sipenjual air.<br />“tapi aku hanya bisa memberimu separuh, berarti uang yang kau terima lebih sedikit, ahhh...andai aku tempayan yang bagus, tidak retak “ keluh si tempayan retak.<br />“baiklah, besok kalau kita mengambil air ke sumur, perhatikanlah jalan yang kau lalui” jawab penjual air.<br />Keesokannya, seperti biasa sipenjual air menuruni jalan setapak ke sebuah sumur sambil memikul sepasang tempayan yang retak salah satunya. Selama di jalan, sang tempayan retak memperhatikan jalan yang dilalui. Dia menemui, sisi jalan yang sebelah kiri, gersang dan tandus. Sedang sisi jalan yang sebelah kanan, hijau, penuh dengan bunga aneka warna dan semerbak harum.<br />Saat rehat disiang hari, si penjual air bertanya kepada tempayan retak “apa yang kau dapati dari jalan yang kita lalui tadi”<br />“ ya, sisi jalan yang gersang, sedangkan sisi yang lain penuh bunga warna warni” jawab tempayan retak.<br />“Ya, selama ini, air yang tumpah dari retakanmu telah menyirami sisi jalan sehingga menjadi subur. Aku sengaja menanami dengan berbagai aneka bunga. Saat bunga itu mekar, kupetik dan kujadikan hadiah kepada setiap pelanggan kita, sehingga bisa menghiasi dan menambah keharuman rumahnya. Itulah sebabnya pelanggan kita amat senang dan semakin banyak” urai si penjual air.<br />Tempayan retak terdiam merenungi uraian si penjual air. Dia sadar, walaupun dia retak, cacat dan tidak bagus, tetapi ia bisa memberi manfaat kepada kehidupan.<br />Saudaraku, kita semua adalah tempayan retak. Tidak ada yang sempurna. Pastilah ada cacat, kekurangan dan kelemahan dalam diri kita. Tapi, dalam kelemahan disitu ada kekuatan kita. Dari kelemahan yang kita miliki, asal ikhlas dan mau berbuat, kita bisa menebar kebaikan dan manfaat bagi orang lain. Bukankah adanya si kaya karena ada simiskin, bukankah kelancaran mobil dan kereta api di jalan ahmad yani, karena jasa penjaga palang pintu kereta juga. Ada hikmah dan kebaikan di setiap lipatan kehidupan ini.<br />Bahkan, seorang tokoh mafia kejahatan mengatakan, “teman dekat burung pemakan bangkai adalah bangkai seekor kuda” artinya sejelek apapun seseorang, pasti bisa memberi manfaat bagi yang lain.<br />Saya teringat cerita saat Yesus (Isa) berjalan bersama sahabat-sahabatnya. Dijalan mereka menjumpai bangkai anjing yang membusuk “alangkah busuk dan mejijikkan bangkai anjing itu” kata mereka, tapi Yesus menimpali “lihatlah, alangkah putih giginya”<br />Bahkan Rasulullah yang mengharamkan bangkai, masih memperbolehkan memanfaatkan kulit untuk disamak dan tulangnya untuk keperluan yang lain. Ada kebikan dan hikmah dalam setiap ciptaan Tuhan. Apapun bentuk, rupa dan manfaatnya. Sebab kehadiran mereka menunjukkan kebesaran Tuhan. Subhanallah, maha suci Tuhan yang maha sempurna, tiada yang sempurna kecuali dia, karena kita adalah tempayan yang retak.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-46602206700871422482010-05-09T21:26:00.000-07:002010-05-09T21:30:10.956-07:00SANG JAGUAR MERAH<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEzggzjuj54GG6_dKXQcstzVWOAs4h9mUug0lEVMNKOo-UncXZ3BrlL3LoyT2VBZ3uMXjlvHyHq8jpsChlSlsREZl9W0o3LNlmyquPvNYlgpW0hy0cUFzILleaDjQDs9GRhFqEj_sL5Q/s1600/11122009(001).jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEzggzjuj54GG6_dKXQcstzVWOAs4h9mUug0lEVMNKOo-UncXZ3BrlL3LoyT2VBZ3uMXjlvHyHq8jpsChlSlsREZl9W0o3LNlmyquPvNYlgpW0hy0cUFzILleaDjQDs9GRhFqEj_sL5Q/s320/11122009(001).jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5469493906498326626" /></a><br />Nguuuunnggg... wwuuuusssss.....wuuusssss.....<br />Derung mobil jaguar merah yang masih baru melaju kencang di sebuah jalan kecil. Si pengendara, seorang penusaha muda yang sukses, seakan tak peduli dengan kondisi sekitar yang banyak mobil parkir, orang lalu lalang dan anak kecil. Sang pengusaha muda ingin menunjukkan kesuksesannya kepada setiap mata yang kagum melihat bagus dan kencang si jaguar merah.<br />Bukk..... ciiiiittttt...!<br />Tiba-tiba sang jaguar berhenti mendadak, sang pengendara, pemuda parlente, turun dengan tangan terkepal, dahi berkerut dan sorot mata yang memerah. Dilihatnya ada goresan kecil dipintu mobil akibat timpukan sebuah batu. Dengan marah yang menggumpal di dada, sang pengusaha sukses menhampiri seorang anak kecil berumur 7 tahun. Dipegang dengan kencang tangan sianak, tamparan pun siap melayang.<br />“maaf pak, maafkan saya” hiba si anak.<br />“mengapa kau lempar batu jaguarku, lihat akibatnya” sergah pengusaha.<br />“ maaf... saya benar-benar minta maaf. Saya tidak tahu akan begini jadinya. Saya melempar batu karena tidak ada yang mau berhenti. Saya butuh pertolongan menganggkat kakak saya” jelas si anak.<br />Dilihatnya seorang anak berumur 10 tahunan tegeletak di pinggir jalan, di dekatnya teronggok sebuah kursi roda usang. Si anak itu meringis kesakitan. Dada si pengusaha muda terkesiap. Nanar matanya memandang apa yang terjadi didepannya.<br />“kakak saya lumpuh, tadi dia terjatuh dari kursi rodanya, sedangkan saya tak kuat mengangkatnya. Saya sudah minta tolong beberapa pengendara yang lewat, tapi mereka tak mau berhenti. Makanya saya melempar batu dengan harapan ada yang mau berhenti dan menolong kakak saya”<br />Dengan diam sang pengusaha menolong menaikkan anak lumpuh itu. Mereka pun segera berlalau menyusuri jalanan berbatu berdebu. Sang pengusaha hanya diam, bimbang dan serba salah. Sekilas dilihatnya goresan di pintu merah jaguar. “ahh, biarlah jadi kenangan, tak akan kuhapus goresan itu” <br />Semenjak itu, kemanapun jagur merah pergi, goresan di pintu masih terlihat jelas. Setiap memandang goresan itu, sang pengusaha sukses selalu tercenung. Goresan di pintu itu telah menggores hatinya.<br />Saudaraku. Kadang kesuksesan yang kita raih, karier yang melangit dan harta berlimpah membuat kita berlari kencang, ngebut tanpa peduli sekeliling kita. Kita jadi abai dengan mereka yang terlantar, kemiskinan yang menganga dan tangis yang menyembul di sela rusuk yang kurus.<br />Terkadang dalam agama pun kita berlari kencang, shalat sepenuh malam, haji dan umroh setiap tahun bahkan itikaf setiap akhir ramadhan. Kita ngebut bak di jalan tol untuk mengejar sorga. Keasyikan itu membuat kita abai terhadap sekeliling kita. Tetangga yang miskin, saudara yang kekurangan bahkan terhadap mereka yang butuh pertolongan kita seakan tak peduli. Kita terlalu sibuk dan asyik dengan dunia kita, dengan aktifitas kita dan ambisi pribadi kita. Bukankah sejelek-jelek orang adalah mereka yang tidur kekenyangan sedang tetangganya kelaparan.<br />Sampai suatu saat, sebuah batu menimpuk kita untuk mengingatkan kita agar berhenti dan menengok sejenak kesekeliling kita. Tuhan menegur kita dengan berbagai bahasa dan cara. Agar kita lebih peduli kepada sesama, menolong mereka yang kesusahan dan berempati terhadap mereka yang terlantar.<br />Bukankah setiap shalat selalu diawali dengan takbir, membesar Dia, dan diakhiri dengan salam sambil menengok kekanan dan kekiri. Tuhan seakan memerintahkan kita agar peduli kepada sesama di kanan kiri kita, tidak hanya melulu dalam dunianya. Tuhan telah melihat bahwa kau udah ibadah dan memenuhi kewajiban padaNya, tapi mbok ya dilihat juga tetangga kanan-kiri, sudara, sanak family, bahkan sesama manusia yang butuh pertolongan. Bukankah shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar. Apakah bukan sebuah kekejian dan kemungkaran pabila kita seenaknya ngebut tanpa menghiraukan mereka di sekitar kita. “Khorun naas, amfa’ahum linnas” sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi yang lain. <br />Yuk, kita rehat sejenak, meminggirkan kendaraan dan melihat jejak kebelakang. Apakah kita sang pengendara jaguar merah itu, atau emang sudah tidak ada kepedulian dihati kita, hati yang kering dan mati, hati yang keras sekeras batu hitam, hati yang tak pernah tersirami hujan hidayah dan air mata cinta. Atau, mungkin kita sudah tak memiliki hati, kalau itu yang terjadi, berarti kita harus berdoa minta hati padaNya.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-13210040757035101142010-05-04T22:17:00.000-07:002010-05-04T22:21:12.732-07:00bungaUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-38983216259323497832010-05-04T00:30:00.000-07:002010-05-04T00:32:16.955-07:00TAK KUBIARKAN BIDADARIKU MENJADI SETANSeseorang meletakkan jabatannya. Jabatannya, sesungguhnya, tak besar: sekadar ketua pada lembaga pendidikan. Namun, keikhlasannya untuk tak menjadi apa-apa, menjadi bermakna justru di tengah tren mengejar jabatan yang akan memuncak saat ini. <br />Siapa gerangan seseorang yang enggan memiliki jabatan tersebut?<br />Ia, perempuan modern yang keluar rumah untuk bekerja. Memiliki pendidikan tinggi melebihi S1, ia pun bercitarasa kosmopolitan: setiap pekan berbelanja ke mal, boutique dan traveling. <br />Mengapa engkau menampik jabatan, ketika orang-orang gemar menggunakan telunjuk, untuk memerintah? <br />''Sejatinya, saya seorang ibu,'' tukasnya, lirih. Kalaupun bersekolah tinggi bukan untuk menjadi tangga mencapai kedudukan tinggi. Tapi, selain memudahkan jalan ke surga (lihat hadis yang diriwayatkan Muslim), saya menimba ilmu pengetahuan untuk dapat mendidik anak-anakku dan anak-anak keluarga lain yang dititipkan padaku. Mendidik bagiku telah menjadi ibadah mulia.<br />Tapi sebagian sahabat dan seniornya tak dapat menerima alasan tersebut. Mereka, seperti lazimnya penganut paham feminisme, menilai jabatan merupakan pintu peluang, untuk persamaan hak. Persamaan hak berarti apapun yang dilakukan pria mesti layak juga dilakukan perempuan. <br />Bila kaum pria dapat menghabiskan waktu di luar rumah untuk mendaki karier, mengapa pula perempuan mesti dibelenggu urusan keluarga? <br />Mengasuh anak sendirian, bagi ibu feminis, laiknya rembulan terbit di siang hari. Ini lantaran anak pun menjadi bahagian dari 'tuntutan persamaan hak': anak hadir akibat konsekuensi hubungan intim pasangan. Dengan demikian, pasangan (baca: suami) pun memiliki kewajiban hak yang sama, jangan hanya membebankan pengasuhan anak pada kaum perempuan (istri). Dengan pola pikir demikian, bagi kaum feminis, tak lazim alasan mengasuh anak menjadi penolakan penugasan.<br />Menghadapi sergahan demikian, seseorang dalam kisah ini, pulang dengan berurai air mata. Di puncak malam, ia menatapi kedua bocah perempuan yang terlelap. Wajah keduanya memancarkan keteduhan. Di saat terlelap, anak senakal apapun, menjelma menjadi bidadari. Sang ibu yang menyaksikannya tersentuh:<br /> akankah karena pendidikan tinggi sekaligus demi karier bersinar, seorang ibu rela mengganti keteduhan wajah bidadarinya, menjadi setan berkeliaran di jalanan?<br />Bukankah makna kesejatian ibu ialah untuk menghindarkan anggota keluarga menjadi setan-setan berkeliaran? Kendati di berbagai ayat pada Alquran memberikan semangat persamaan antar pria dan perempuan (lihat QS 4:124; 40:40; 16:97), tak berarti persamaan itu dapat diterjemahkan dengan dangkal seperti pola pemikir kaum feminis. <br />Allah, tempat segala kesempurnaan bergantung, justeru membedakan ketika memberi persamaan. Perbedaan itu disesuaikan dengan kodrat dan tabiat mahluk-Nya. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita)...(QS 4:34; lihat juga QS 2:228).<br />Melalui ayat tersebut, jika dikaitkan dengan pembagian kerja, sesungguhnya Allah memberikan spesifikasi --- bukan sekadar asal menuntut persamaan hak --- yang begitu menawan. Dengan ciri fisik berbeda dengan perempuan, Allah menjadikan kaum pria sebagai pelindung dan penanggungjawab dalam rumah tangga. Perempuan mengikuti kodratnya yang lembut menjadi pengasuh. ...Ibunya mengandungnya dengan susah payah...Mengandungnya sampai menyapihnya... (QS 46:15)<br />Pengasuhan memang dapat mengalami revitalisasi sesuai lingkungan kekinian. Pengasuhan dapat diterjemahkan sebagai bidan, dokter, guru atau dosen maupun profesi yang sifatnya menawarkan pelayanan. Tapi, demikian seseorang tadi bergumam, tak berarti pengasuhan untuk anak menjadi urutan sekian. Pengasuhan anak justru menempati urutan awal. Ia mengandaikan, bagaimana hendak mengurus pekarangan rumah tetangga yang kotor ketika pekarangan sendiri berantakan.<br />Tak sekadar pengasuhan, bahkan, keterkaitan ibu dan anak hingga ke masalah genetis. Dr Ben CJ Hammel, pakar genetika di Universitas Pusat Medis Nijmegen, misalkan, melalui risetnya menyebutkan seorang ibu melalui perilaku jelek yang diwariskan pada keturunan, dapat menciptakan 'neraka' bagi kehidupan anaknya. <br />Ben membuktikan melalui teori genetik dan nongenetik. Faktor nongenetik terjadi akibat maternal affection pada saat kehamilan: seorang ibu pemabuk menyebabkan alkohol yang diminumnya merusak perkembangan otak bayi sehingga melahirkan anak yang mental terkebelakang. <br />Begitupun, melalui teori kromosom, Ben mengilmiahkan pesan 'surga di bawah kaki ibu.' Manusia, demikian Ben menjelaskan, memiliki kromosom jenis XX dan XY. Perempuan (ibu) menyumbangkan kromosom XX dan pria (bapak) XY pada proses pembuahan. Tiap kromosom mengandung gen pembawa sifat spesifik individu yaitu kromosom X merupakan gen kecerdasan. Dengan demikian, kecerdasan seorang anak ditentukan gen (kromosom X) yang diwariskan ibunya.<br />Kita agaknya merasa percaya dengan teori Ben yang ilmiah. Namun, jauh sebelum Ben berteori, Rasulllah SAW telah meriwayatkan keutamaan seorang ibu bagi anak dan keluarganya. Yaitu ketika seorang sahabat menanyakan siapa yang paling berhak memperoleh pelayanannya, Rasulullah menjawab, ''ibumu...ibumu...ibumu, kemudian ayahmu...'' (HR Mutaffak 'Alaih). <br />Bila demikian, mengapa mengasuh anak, menjadi sesuatu yang diremehkan?<br /> Seseorang yang berlinang air mata tadi, sulit memahami terhadap prinsip sebahagian temannya: serahkan pengasuhan pada baby sitter agar leluasa bekerja. <br />Apa jadinya tatanan masyarakat jika setiap ibu enggan mengasuh anak demi mengejar karier di luar rumah? Kita sebagai orangtua seketika terkesiap menyaksikan bila narkoba telah dijajakan seperti permen di pekarangan sekolah SD. Kita menjadi panik dan menyesalkan anak yang tumbuhkembang liar tanpa memahami hulu keliaran itu berasal dari periuk ambisi pribadi.<br />Maka seorang ibu, dengan air mata bersisa di pipi, tersenyum teduh. Di puncak malam yang sunyi, ia telah menemukan keyakinan: Anak adalah amanah Allah. Jabatan hanya amanah manusia. Sayangnya, banyak ibu melupakan amanah mulia, ketika mendapatkan amanah yang lebih rendah.<br />Seseorang dalam kisah ini, tersenyum teduh, ketika menatap wajah kedua bidadarinya yang terlelap. Tak kubiarkan engkau, bidadariku, menjadi setan bergentayangan, gumamnya di tengah malam yang hening.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-69323641625411820922010-05-03T23:56:00.000-07:002010-05-04T23:14:57.056-07:00BUNGA BUAT IBU“MINGGIR…!” bentak seorang ibu marah terhadap anaknya yang diam diam berdiri dibelakang. Padahal si ibu sedang menggoreng ikan, hampir membentur sang anak. Dengan wajah sendu dan berurai air mata, si anak pergi ke kamar tidurnya.<br />Saat istirahat siang, sang ibu berbaring di tempat tidurnya. Tuhan menyapa hati si ibu dengan lembut, <br />“Terhadap orang yang tidak kau kenal, kau bias berkata sopan, lembut dan hormat. Tapi, mengapa terhadap buah hatimu, kau berkata kasar. Cobalah kau lihat lantai dapurmu, disana terdapat bebrapa tangkai bunga. Dia ingin memberimu kejutan dengan bunganya, dia mendekatimu diam-diam agar tidak mengurangi kejutannya padamu”<br />Dengan sesal yang menggantung didada, sang ibu melangkah ke dapur, dilihatnya beberapa tangkai mawar. Dipungutnya bunga itu seraya melangkah menuju kamar anaknya. Perlahan dibuka daun pintu, hati-hati dan perlahan, tanpa derit tanpa jerit. Dia tak ingin mengganggu kepulasan buah hatinya menikmati alam mimpi. <br />Ahh, siapa yang takkan iri melihat kekudusan anak ketika berenang di alam mimpi. Dengan ragu dan penuh cinta, pelan-pelan dibangunkan buah hatinya.<br />“anakku, ibu minta maaf, tadi telah berkata kasar padamu, tak seharusnya ibu membentakmu tadi di dapur” kata sang ibu dengan suara yang halus, sehalus deira angin dipucuk bamboo.<br />“Tak apa ibu, saya yang seharusnya mita maaf” jawab si anak dengan mata berbinar.<br />“Lalu, apakah bunga ini masih untuk ibu” Tanya si ibu.<br />“Oh iya… aku memetik bunga itu karena aku tahu ibu sangat menyukainya. Apalagi yang berwarna putih, cantik seperti ibu” jawab sang anak bahagia.<br />Dengan haru dan berurai air mata dipeluknya sang anak penuh cinta. “Terima kasih anakku, ibu takkan mengulanginya, ibu mencintaimu”<br />sahabat, terkadang karena rutinitas dan kejenuhan, membuat sesuatu yang indah menjadi hambar. senyum anak kita, celoteh, teriak canda bahkan tangisan mereka adalah nyanyian terindah bagi orang tua.<br />anak-anak adalah bagian dari jiwa kita, mereka adalah amanat Tuhan dan cahaya syurga yang diturunkan di tengah rumah kita.cahaya yang menyejukkan hati ketika dilihat, menenangkan jiwa ketika dipandang.<br />seandaiany suatu ketika, kita meninggal. pasangan kita bisa saja mencari ganti istri/suami. kantor tempat kita bekerja dalam waktu seminggu mencari ganti posisi kita. tapi, mereka anak-anak kita akan merasa kehilangan dalam sisa hidupnya.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-77776244395275187512010-05-03T21:34:00.000-07:002010-05-03T21:35:51.529-07:00KAYA YANG MISKINMinggu pagi yang cerah, seorang pengusaha sukses mengajak anak lelaki bungsunya bermobil ke pinggiran kota, memasuki desa desa kecil, pertanian dan padang rumput peternakan. Sang pengusaha ingin menunjukkan bagaimana kehidupan rakyat miskin di desa. <br />Setelah puas, mereka pun pulang. Di tengah perjalanan, sang pengusaha ingin mengetahui kesan anaknya tentang apa yang dilihatnya tadi.<br />“Bagaimana menurutmu kehidupan mereka anakku” Tanya sang pengusaha.<br />“Luar biasa, saya mendapati pelajaran yang berharga” jawab sang anak bungsu.<br />“Apa itu nak” sang ayah penasaran.<br />“ Ayah, kita punya kolam renang 8 x 15 meter dirumah, tapi, mereka memiliki sungai kecil di depan rumah yang mengalir jernih dan menyegarkan.<br />Kita punya taman bunga sempit di depan rumah, tapi, mereka punya taman yang luas hingga menyentuh kaki langit dengan aneka bunga dan kupu.<br />Kita punya lampu taman yang mahal dari luar negeri, tapi, mereka menggunakan bintang untuk menyinari taman mereka”<br />Halaman rumah kita seluas sekian meter dibatasi pagar tinggi, tapi, halaman mereka begitu luas berpagar horizon.<br />Kita biasa membeli makanan jadi kapanpun, tapi mereka mengolah makanan sendiri.<br />Kita punya satpam dan anjing penjaga dirumah, tapi, mereka saling menjaga sesamanya.<br /> Kita punya tiga mobil mewah dirumah, tapi, mereka selalu gonta ganti mobil setiap pergi.<br />Malam-malam kita selalu gelisah takut kemalingan, tapi, malam-malam mereka begitu indah dengan mimpi-mimpi tanpa takut kehilangan.<br />Sekarang aku sadar ayah, betapa miskinnya kita dan betapa kayanya mereka”<br />Sang pengusaha sukses itupun terdiam tanpa bias berkata apapun.<br /><br />Saudaraku, dalam hidup, kadang kita dibuat repot dan cemburu dengan apa yang dimiliki orang lain, bukan milik kita. Rumah kita luas tapi Cuma satu kursi yang kita nikmati. Kamar kita banyak tapi Cuma satu kamar yang kita tiduri, rumah kita banyak, Cuma satu yang ditempati. Mobilpun banyak tapi tidak bisa sekaligus kita tumpangi, Cuma satu. Selebihnya pembantu dan orang lain yang menikmati.<br />Hidup beorientasi memiliki bukan menikmati. Serakah dan pelit. <br />Yuk kita rubah modus hidup kita, dari modus memiliki menjadi modus menikmati dan memberi.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-65174301124500376952010-04-29T20:08:00.001-07:002010-04-29T20:10:29.988-07:00BAJU TERINDAH“Dimanakah Abu Bakar, bebearapa hari ini aku tidak melihatnya” Tanya Rasulullah penuh rindu. Sahabat sejati yang selalu membenarkan perkataan nabi, sehingga digelari Ash Shidiq. Sahabat terdekat yang selalu membelanya, bahkan saat pedang-pedang Quraish dan tubuh Nabi hanya terpisah tembok setebal jaring laba-laba di goa tsur, rapuh dan mudah robek.<br />Seorang sahabat memberi tahu Rasulullah, “Sekarang Abu Bakar sangatlah miskin. Dirumahnya hanya tinggal sehelai baju yang dipakai bergantian dengan istri dan anak-anaknya untuk shalat, walau hanya sekedar menutup aurat” <br />Teringat Rasulullah kejadian beberapa hari sebelumnya. Saat dia menemui dua orang sahabatnya yang dermawan, Umar dan Abu Bakar. Rasul mengatakan perlu dana untuk biaya perang melawan orang kafir. Umar memberikan separuh dari kekayaannya kepada Nabi, “separuhnya aku gunakan untuk biaya hidup istri dan anak-anak”.<br />Tak lama berselang datanglah Abu Bakar, ditaruhnya sekarung emas di kaki Rasul, “Aku serahkan seluruh hartaku padamu ya Rasul”. Sejenak rasul memandang umar kemudian berpaling pada Abu Bakar.<br />“tidakkah kau sisakan buat anak istrimu separuhnya” Tanya Nabi.<br />“Anak istriku dibawah pemeliharaan Allah dan Rasulnya” jawab Abu mantap.<br />Teringat kejadian itu, Rasulullah meneteskan air mata, teringat ia kepada putrid tercinta Fatimah. Rasul bergegas menuju rumah Fatimah, kebetulan Fatimah memiliki sehelai kain sisa, dan diserahkan kepada Nabi. Nabi menyuruh seseorang untuk mengantarkan kain sisa itu kerumah Abu Bakar.<br />Abu Bakar melilitkan kain itu ketubuhnya, namunkekecilan, masih belum menutupi sebagaian auratnya. Maka, Abu Bakar mengambil daun kurma dan menganyamnya serta menyambungnya dengan kain sisa itu, sehingga bias menutup seluruh auratnya. Bergegas Abu Bakar menuju masjid berselimut daun kurma yang memancarkan kerinduan kepada Rasulullah.<br />Dimasjid Rasulullah didatangi oleh Jibril, beliau terheran-heran melhat baju jibril yang aneh. “Mengapa kau memakai baju seaneh ini Jibril” <br />“Hari ini seluruh malaikat di langit memakai baju seperti ini ya Rasul, untuk menghormati Abu Bakar yang memakai baju seperti ini, sekarang dia sedang dalam perjalanan menuju masjid. Tolong sampaikan padanya, bahwa Allah ridho dan menyukainya” jawab Jibril.<br />Saudaraku, mungkin kita sering melihat berbagai peragaan busana oleh para model dan desainer ternama di catwalk. Atau mungkin beberapa diantaranya berjejer di dalam lemari kita. Tapi, bagiku, inilah baju terindah yang pernah kudengar. Baju yang tidak tertutupi topeng sombong, pamer, atau takabur. Baju yang sederhana dan memcarkan keikhlasan. Ingin aku menyerap sinar yang memancar dari rumbai rumbai daun kurma Abu Bakar, sinar keimanan, keikhlasan dan kesederhanaan.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-62720605173793822042010-04-28T00:32:00.000-07:002010-04-28T00:42:49.644-07:00ADA CINTA DI BOLA MATANYACinta, suatu ketika, menjadi hal yang klise bagi kita. Cinta, suatu waktu tak mampu mengantarkan perspektif baru, dan menghapus goresan kisah lama.<br />Tapi, cinta seorang anak adalah keindahan yang penuh inspirasi. Kasih yang lahir dari jernihnya cahaya hati, kasih yang berkohesi dengan irama alam sedemikian tulusnya, kasih yang menyapa dengan bahasa bunga dan rerumputan apa adanya.<br />Lewat ruang matanya yang masih terpelihara dari residu-residu kilah manusia, kehidupan ini sebagai ruang olah diri yang nyaris paripurna, tidak ada yang sia-sia, tak kenal putus asa. Memandang dunia dengan mata batin anak, membuat kita meniti kehidupan dengan ‘kepolosan’ kemanusiaan yang mencerahkan. Dimana kini dunia sudah sarat dengan pakaian dan lipstick kemunafikan penuh kepentingan.<br />Bening cinta anak kita adalah sebening kasih di bola matanya, yang menghadirkan kesegaran telaga kautsar. Ingin aku berenang dalam telaga cintanya yang dalam, indah dan membahagiakan. Bening cinta anak kita adalah sebening embun pagi yang tak hanya menyegarkan, tapi juga menumbuhkan semangat dan kehidupan baru dihati kita.<br />Anakku, engkaulah dian dan embun pagi dalam hidupku. Kaulah permata yang tersimpan rapi dalam hatiku. Tuk dua malaikat kecilku, Eriq dan Oval, Ibu sayang kamu nak.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-28510809731643613482010-04-22T22:41:00.000-07:002010-04-22T22:44:56.367-07:00SEDEKAH YG TERLUPAKAN<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CASSALA%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Suatu hari, seorang tokoh sufi, Ibrahim bin Adham, berjalan-jalan di pasar. Dia tidak ingin berbelanja sesuatu, Cuma ingin melihat-lihat keramaian pasar. Disaat sedang asyik menikmati riuh rendahnya pasar, tiba-tiba, ada yang mendesak dari dalam perutnya untuk mencari wc. Dengan tergesa-gesa Ibrahim bin Adham menuju wc umum, dan dilihatnya setiap orang yang hendak masuk wc harus membayar dulu ke penjaganya.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Saat Ibrahim hendak masuk wc tanpa membayar terlebih dahulu, ia dicegat oleh penjaga. “Saudaraku, kau harus bayar dulu, baru bisa masuk wc” cegat sang penjaga. “Maaf, saudaraku, aku tidak hendak belanja, makanya aku tidak membawa uang sepeserpun, tolonglah, aku sudah tidak tahan nih” jawab Ibrahim memelas. “Maaf saudaraku aku tidak bisa melayanimu” tegas sang penjaga dengan memasang wajah sangar.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Saudara, kalo hanya untuk masuk rumah jin (wc) saja aku harus membayar 1000, lalu berapa yang harus kubayar saat hendak masuk rumah Allah (masjid)” tukas Ibrahim bin Adham seraya ngeloyor pergi.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Serupa dengan cerita diatas, alkisah seorang preman yang baru merampok bank, berjalan terhuyung-huyung di depan sebuah diskotik, setengah teler rupanya. Ketika melintasi seorang pengemis tua yang menadahkan tangan, dia berhenti sejenak. Diambilnya receh dikantong, dan dilemparkan keaspal didepan pengemis. Sebelum ngeloyor pergi, sang preman berkata, “doakan masuk surga ya”. Dengan senyum pahit, sang pengemis menjawab, “Keneraka saja bayar ratusan ribu, ini cepek kok minta masuk surga”.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Cerita diatas mungkin hanyalah cerita pengisi waktu kosong yang tidak berarti apa-apa bagi kita. Tapi, yuk kita coba rehat dan duduk sejenak, mencari butir-butir hikmah didalamnya. Atau sambil minum kopi di café, boleh juga saat nangkring diatas wc. Dimana sajalah terserah anda enaknya.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kadang untuk sebuah kesenangan dan pemuas keinginan, tidak terpikir dan<span style=""> </span>tanpa pertimbangan begitu besar uang yang kita keluarkan. Berapa ratus ribu yang harus kita keluarkan untuk dugem, puluhan krat botol minuman keras dibeli hanya sekedar untuk mabuk, berapa lembar ribuan yang harus diselipkan disela bh para hostest saat goyang di diskotek. Pokoknya pengen senang sampai pagi sekalipun bayar, bayar dan bayar.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tapi pernahkah kita melongok isi kotak infaq di masjid tempat kita jum’atan, terlihat jelas dasar kotaknya. Andaikan ada uang, itupun receh atau lembar ribuan yang bisa dihitung dengan jari. Ironis bukan. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mengapa kita begitu berat mengeluarkan uang untuk kesenangan yang lebih abadi nanti? Mengapa kita selalu memikirkan dan ingat apa yang kita keluarkan untuk kebaikan dan manfaat bagi orang lain. Sedang untuk foya-foya tanpa makna, kita seakan lupa.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mungkin kita perlu melihat pekarangan hati kita yang banyak ditumbuhi semak berduri, semak yang bernama serakah, ego dan lupa diri. Semak dan perdu ini membuat kita merasa berat dan nggak ikhlas dalam beramal sholeh. Yuk kita lakukan kontemplasi diri, membersihkan pekarangan hati kita dari segala yang merintangi pandangan kita kepada Dia, Tuhan yang paling kita kasihi.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Saat melakukan sedekah dan amal sholeh lainnya, cobalah untuk membuang pikiran dan memori kita sebagaimana saat kita berfoya-foya. Lakukan dengan totalitas dan ikhlas. Mungkin itu dapat membuat kita merasa ringan saat ingin bersedekah lagi, dan lagi.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Saat hizab nanti, semua pengeluaran kita akan ditanyakan oleh Allah, kecuali sedekah” kata Fatani, seorang sufi tua.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Mengapa Allah tidak menanyakan sedekah kita” Tanya muridnya.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Karena Tuhan malu untuk menanyakannya” jawab sang sufi.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Mengapa musti malu, bukankah Dia tuhan”</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Dia takut tidak mendapat jawaban, karena orang yang ikhlas beramal tidak akan mengingat-ingat apa yang di sedekahkan”</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Berikan dengan tangan kananmu, tapi jangan sampai tangan kirimu tahu, begitu petuah orang tua kita. Yuk sedekah.</p> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-45602237143815094062009-03-22T21:02:00.000-07:002009-03-22T21:05:12.852-07:00Surga Dan Neraka KitaSeorang murid bertanya pada sang Guru “ Guru, saya ingin melihat syurga”. Sang Guru pun menyarankan si murid agar bermeditasi. Setelah beberapa hari melakukan meditasi, si murid merasa dirinya sedang berjalan-jalan di suatu tempat. Namun, tempat itu tak layak untuk disebut surga, karena, tidak seperti dicerita guru ngaji ataupun literatur agama. Tempat itu biasa-biasa saja, seperti tempat ia tinggal selama ini.<br />Setelah selesai melakukan meditasi, dengan kekecewaan, ia kembali bertanya kepada Sang guru. “Guru, sekarang aku ingin melihat neraka” kembali sang guru menyarankan cara yang sama seperti sebelumnya, meditasi.<br />Setelah sekian lama bermeditasi, si murid merasa benemukan suatu tempat yang seperti semula, dalam hatinya bertanya, “inikah neraka, tempat penuh siksa dan sakit. Kenapa tidak seperti itu”<br />Setelah melakukan meditasi, melihat surga dan neraka, sang murid bertanya kepada sang guru. “guru, telah kuikuti saran dan petunjukmu, telah kulihat surga dan neraka. Namun, tak kulihat tempat yang layak disebut surga atau neraka. Karena tidak ada kenikmatan yang diluar pikiran maupun siksa yang menghanguskan dasar hati”<br />“ anakku. Berarti surga dan neraka itu tak disediakan untukmu” jelas gurunya, “sebab, engkau akan membawa keduanya (surga/neraka) bersamamu. Jika engkau merasakan kesedihan, kemarahan, dendam, sesungguhnya neraka itu sedang menyertaimu. Akal pikiranmu seperti sebuah alunan musik, jika itu digunakan dengan suara yang parau, intonasinya akan menghasilkan suara yang parau juga. Tetapi, bila kebahagiaan, cinta kasih dan kelembutan yang kau lakoni, berarti surga ada dalam genggamanmu. Engkau menyanyikan lagu indah dan merdu”.<br />Memang kesenangan, kesedihan, cinta, dendam, itu semuanya tergantung kepada akal pikiran kita. Peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita, boleh jadi dapat merubah diri kita. Mungkin, selama ini, kebanyakan kita menganggap peristiwalah yang pasti mengubah hidup kita. <br />Tetapi, jika kita kembali merenungkan, ternyata tidak semua peristiwa itu mampu mempenaruhi hidup kita selama akal dan kesadaran kita masih dapat dikendalikan dengan baik. Hendaknya kita menjadi pemegang kendali (locus of control) diri dengan sangat baik. Untuk bisa menjadi locus of control, maka, kita harus bisa menerima apa yang kita miliki dengan sadar dan ikhlas. “nrimo ing pandum” kata orang tua dulu.<br />“Apa yang ada dibelakang dan dihadapan kitaamatlah kecil jika dibandingkan dengan apa yang ada didalam diri kita” (Oliver W Holmes).Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-70987440654456964832009-03-18T20:33:00.000-07:002009-03-18T20:55:12.757-07:00KEADILAN TUHAN<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBH_EGSrg46HJ-xbU093OyVU5XpbMiIb6E5zDDV2ndbFQkEcSQxzlUKgY0PevHT6lniIXIH9jxX8hg6DP7OXbd0DHg8SXOJtoXvNd6O6WF4tKAos52Wc3RYSUfpKxt8mAhuQTz5SsnLA/s1600-h/anak-kelaparan.jpg"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBH_EGSrg46HJ-xbU093OyVU5XpbMiIb6E5zDDV2ndbFQkEcSQxzlUKgY0PevHT6lniIXIH9jxX8hg6DP7OXbd0DHg8SXOJtoXvNd6O6WF4tKAos52Wc3RYSUfpKxt8mAhuQTz5SsnLA/s200/anak-kelaparan.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5314742397416101330" /></a><br />Dipagi yang cerah, Musa, sang rasul, bertemu dengan Tuhan. “Tuhan, tunjukkanlah padaku keadilan-Mu” pintanya.<br />“Kau tak akan sanggup dan tak akan sabar untuk melihatnya” jawab Tuhan.<br />“Aku akan berusaha untuk sabar, Tuhan” tegas Musa.<br />“Baiklah, akan kuperlihatkan, sekarang pergilah kau ke timur, nanti akan menemukan sebuah sumur, sembunyi dan perhatikan apa yang terjadi disitu.” perinta Tuhan kepada Musa.<br />Musa pun berjalan kearah matahari terbit. Selepas siang dilihatnya seorang lelaki berkuda jantan. Dilhatnya sedang berhenti di sebuah sumur di simpang jalan. Setelah minum dan beristirahat sebentar, sang lelaki itupun pergi dengan menaiki kudanya. Tanpa sadar dia meninggalkan sekantung uang emas. Musa ingin untuk memberi tahu lelaki itu, namun urung.<br />Tak lama berselang, datanglah anak lelaki belasan tahun. Diapun berhenti di sumur untuk minum dan duduk beristirahat sebentar. Setelah dirasa cukup, anak kecil itupun melanjutkan perjalanan, dan dibawanya pula sekantung uang emas sang lelaki yang tertinggal sebelumnya. Dengan marah Musa mengelus dada dan ingin menghardik anak tersebut. Namun niat itu dibatalkan.<br />Satu jam kemudian, datanglah seorang lelaki tua yang buta. Lelaki tua itupun berhenti di sumur dan meminum air sepuasnya. Belum selesai dia minum, datanglah lelaki berkuda yang ketinggalan uangnya tadi. Ketika dilihatnya seorang lelaki tua buta sedang minum di sumur, diapun bertanya dengan nada keras.<br />“Lelaki tua, mana kantung uangku yang tadi tertinggal” Tanya sang lelaki berkuda.<br />“aku tidak tahu, aku baru saja sampai disini” jawab lelaki tua.<br />“Jangan banyak alasan, serahkan kantung uangku, kau simpan dimana” hardik lelaki berkuda marah.<br />“Tidakkah kau lihat, mataku buta, bagaimana aku bisa melihat uangmu, apalagi menyimpannya” ujar lelaki tua.<br />“Apa kau kira untuk mengambil kantung uang di depanmu perlu mata, tanpa melihapun kau tahu kalau itu uang” bentak sang lelaki berkuda sambil menghunus pedangnya. Karena marah yang membakar ubunnya, sang lelaki berkuda itupun membunuh lelaki tua yang buta itu. Setelah menggeledah namun tak ditemukan uang sepersenpun. Lelaki itu pergi.<br />Musa yang memperhatikan kejadian itu sejak awal, marah bukan main. “ Tuhan cukup sudah, keadilan macam apakah ini, tolong jelaskan” teriak Musa.<br />Dalam sekejap datanglah Jibril, “aku diutus Tuhan untuk menjelaskan apa yang kau lihat”<br />“Musa, sudah kukatakan bahwa kau tak akan mampu menahan sabar untuk menyaksikan keadilan-Ku” kata Jibril..<br />“Ketahuilah Musa, sekantung uang emas itu adalah hak anak lelaki tadi. Dulu ayahnya pernah bekerja kepada lelaki berkuda itu. Namun, lelaki berkuda itu telah mendzoliminya dengan tidak membayar upahnya. Dan uang itu sama nilainya dengan upah ayah anak lelaki tadi, dia cuma mengambil haknya. Sedang orang tua buta tadi adalah mantan perampok yang membunuh ayah anak lelaki yang mengambil uang tadi. Dia terbunuh karena telah membunuh orang lain tanpa alasan. Itulah keadilan-Ku Musa.” papar Jibril.<br />Saudaraku ketahuilah, keadilan Tuhan berlaku dalam hidup ini, bahkan di alam akherat nanti, ketika setiap jiwa sibuk dengan pertanggung jawaban dirinya dan tak ada pembela bagi yang lain. Karena kedzoliman (ketidak adilan) yang terjadi di sekeliling kita akan mengguncang arazy Tuhan. Dan Tuhan pun sebagai dzat yang maha adil akan mengadilinya seadil-adilnya.<br />Nah. Kalau keadilan Tuhan seperti itu halnya, mengapa kita masih asyik dengan kedzoliman (ketidak adilan) kita. Baik yang disengaja atau tidak kita sadari. Kalau balasan dari Tuhan di dunia ini begitu dekat dan tanpa kita sadari, tentunya kita harus hati hati dalam melangkah dan berbuat, berbicara dan berprasangka.<br />Masih mending kalau balasan atau peringatan dar Tuhan dapat kita terima di dunia ini, selagi kita masih menarik nafas. Artinya masih ada waktu untuk bertobat dan memperbaiki diri. Bayangkan kalau balasan itu kita terima di akherat. Ketika dimensi waktu adalah nol. Tidak ada waktu untuk bertobat, minta maaf dan memperbaiki keadaan. Kita akan sengsara menanggung akibat perbuatan tidak adil kita selamanya.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-6801649554335173112009-03-18T00:46:00.000-07:002009-03-18T20:57:50.434-07:00TAUBAT<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTTlDLYhVasfHMf_pNzYWbYtAo-gLWP84hiwj5pm9PlCERqrCzZwIXmnRT8yS65g__hu48vQsDDTuO_B_hbBjcEuIuyY3vY7uJYrJ96knH1MhNGet2Fr3jinaRwudIIZPk8nIMo6wTPg/s1600-h/kalg+allah2.jpg"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTTlDLYhVasfHMf_pNzYWbYtAo-gLWP84hiwj5pm9PlCERqrCzZwIXmnRT8yS65g__hu48vQsDDTuO_B_hbBjcEuIuyY3vY7uJYrJ96knH1MhNGet2Fr3jinaRwudIIZPk8nIMo6wTPg/s200/kalg+allah2.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5314743101482615858" /></a><br />Jika engkau belum mempunyai ilmu<br />dan hanya persangkaan,<br />maka milikilah persangkaan yang baik tentang Tuhan.<br /><br />Jika engkau baru mampu merangkak,<br />maka merangkaklah kepada-Nya!<br /><br />Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,<br />maka tetaplah persembahkan doamu yang kering,<br />munafik dan tanpa keyakinan;<br />karena Tuhan dalam rahmat-Nya<br />tetap menerima mata uang palsumu.<br /><br />Jika engkau masih mempunyai seratus keraguan<br />mengenai Tuhan,<br />maka kurangilah<br />menjadi sembilan puluh sembilan saja.<br /><br />Wahai pengembara…!<br /><br />Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji,<br />ayolah datang,<br />dan datanglah lagi!<br /><br />Karena Tuhan telah berfirman:<br /><br />"Ketika engkau melambung ke angkasa<br />ataupun terpuruk ke dalam perut bumi,<br />ingatlah kepada-Ku,<br />karena Aku-lah jalannya."Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-19180236098240311902009-03-18T00:39:00.001-07:002009-03-18T00:43:11.102-07:00SANDAL<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0qSggyo0e8YcGHil2RN4k4PlBYEWk2ag9WTUbTM4sLXDAeZFYy2r314HqKp6oqVkMm6rG-YUjVNhlcLBa9r-b3k9qXGcQIvHZjpdLEzOWo2JznF96iiCzTh9SgSYxK0nCXyiTbopLaQ/s1600-h/sandal+air.jpg"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0qSggyo0e8YcGHil2RN4k4PlBYEWk2ag9WTUbTM4sLXDAeZFYy2r314HqKp6oqVkMm6rG-YUjVNhlcLBa9r-b3k9qXGcQIvHZjpdLEzOWo2JznF96iiCzTh9SgSYxK0nCXyiTbopLaQ/s320/sandal+air.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5314429551125822818" /></a><br />Setiap hendak memasuki rumah-Nya, masjid, kita diharuskan melepaskan apapun alas kaki, entah itu sepatu mahal, sandal kulit ataupun bakiak. Kita sedang memasuki gerbang suci yang penuh damai dan harapan. Kita hendak bercengkrama dengan Dia yang kita cintai melebihi segalanya dalam hidup ini. Ar Rahman- ar Rahim.<br />Pelepasan sandal adalah simbol pembebasan diri dari keterikatan duniawi (materi). Benarkah sandal adalah salah satu simbol kemewahan dunia? “ Meski baju berharga jutaan, kalau sandalnya seharga kacang goreng, gengsi kita sama dengan penggorengan, hitam dan jelek”. Tukas istri tetangga yang sedang protes ke suaminya kemarin sore. Ya Allah, demikian rendahkah simbol dunia, sehingga sandal, tempat pijakan bisa menunjukkan nilai dan harga diri seseorang. Padahal semahal berapapun sebuah sandal, tempatnya tetap ditelapak kaki. Alat menginjak tanah, ludah dan kotor.<br />Setiap hendak shalat di rumah-Nya, kita diharuskan meninggalkan sandal kita dipelatarannya. Melepas sandal adalah simbol pengosongan diri (takhalli), bahwa kita sudah menanggalkan berbagai atribut kebanggaan. Jabatan yang mentereng, rumah mewah, harta berlimpah, gelar yang berderet, bahkan keluarga yang kita sayangi, sementara waktu kita tinggalkan. Menjumpai-Nya seperti gelas kosong, yang dengan penuh harap untuk diisi apa saja sesuai kehendak-Nya. Karena gelas yang kosong akan bisa menerima air nikmat dan hidayah. Gelas yang penuh dengan ego dan kesombongan tak akan pernah bisa menerima masukan, bahkan muntah, entah itu ilmu, hidayah ataupun cinta kasih.<br />Diceritakan, pernah seorang yang alim meninggalkan sandalnya saat hendak masuk masjid. Tak lama kemudian, masuk pula orang bijak yang membungkus sandalnya dan ikut dibawa masuk. Kejadian ini mengherankan bagi seseorang yang duduk-duduk diemperan masjid, dan menanyakannya ketika kedua orang itu keluar masjid. Sang alim menjawab”Saya meninggalkan sandal karena saya ikhlas dan tawakkal” sedang si orang bijak menjawab “saya membungkus dan membawanya, karena takut timbul pikiran jahat pada orang lain saat melihat sandal ini”<br />Sebuah hikmah yang amat tinggi dari sebuah kejadian melepas sandal di rumah-Nya. Dengan menanggalkan atribut duniawi, kita menghadap-Nya bak seorang bayi yang polos dan telanjang, tanpa dosa dan cela, tanpa topeng dan kemunafikan. Dengan melepas sandal, Dia akan memeluk kita dengan pelukan kebahagiaan, melebihi kebahagiaan seorang bayi yang menemukan tetek ibunya disaat kehausan sedang mencekiknya.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-28373985568967559832009-03-18T00:30:00.000-07:002009-03-18T00:35:28.233-07:00ANGSA BERTELUR EMAS<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU8YefqXXT8-27PY-f6u6rT6kSB2tphRiVqFZSP97M3hy4gR8Y04uOMVMwVLFIo01V4Puim-zB1MYOh5EbZkiGUn-FCLlpNvKoPvuesvq0QwelkG12Z8M6WVJGkOfTj-ubhPMa0Su-EQ/s1600-h/mandie+uap.jpg"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU8YefqXXT8-27PY-f6u6rT6kSB2tphRiVqFZSP97M3hy4gR8Y04uOMVMwVLFIo01V4Puim-zB1MYOh5EbZkiGUn-FCLlpNvKoPvuesvq0QwelkG12Z8M6WVJGkOfTj-ubhPMa0Su-EQ/s320/mandie+uap.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5314427952612752098" /></a><br />Alkisah, seorang lelaki tua tinggal di sebuah peternakan bebek dan angsa, salah satunya seekor angsa tua yang sudah tidak produkif. Sudah tidak bertelur lagi.<br />Tiba-tiba suatu pagi, sang lelaki menemukan sebutir telur emas di kandang angsanya. Dengan keheranan dan takjub, diambilnya telur tersebut.<br />“benarkah ini telur emas, atau hanya warnanya saja yang keemasan” ujarnya takjub dan penasaran.<br />“akan kubawa ke kota untuk kubuktikan bahwa telur ini emas atau hanya berwarna keemasan” sang lelaki segera pergi ke kota.<br />Sesampainya di kota, dibawanya telur emas tadi ke tukang emas. “ini adalah emas murni, 24 karat dengan berat hampir 1 kg” ungkap tukang emas takjub.<br />“kalo begitu, uangkan sekalian berapa harga emas itu” pinta lelaki tua gembira.<br />Setelah segepok uang diterima, sang lelaki segera membelanjakan berbagai keinginan dan mimpi yang selama ini terpendam. Dibelinya baju baru yang mewah, kereta kuda dan berbagai perhiasan lainnya.<br />Sebulan sudah sang lelaki menikmati telur emas angsa setiap harinya. Rumahnya yang reot telah disulap menjadi istana megah dan sang angsa tua pun kini tinggal di kamar tersendiri di dalam istananya.<br />Suatu malam terpikir oleh lelaki tua “mengapa aku harus menunggu satu per satu telur emas setiap harinya? Mengapa tidak kubelah saja tubuh angsa, tentu di dalamnya banyak telur emas?” pikiran serakah dan ingin cepat kaya pun menggurat dalam otak sang lelaki.<br />Malam itu, diasahnya pisau dan dibelahnya dada angsa tua. Sayang, tidak ada telur emas sebutir pun didalam tubuh angsa itu. Celakanya, si angsa pun mati.<br />Hari demi hari sang lelaki hanya bisa menyesali kecerobohannya. Dia hidup dengan menggerogoti kekayaan dari telur emas si angsa dulu. Semakin lama kekayaannya semakin habis. Si lelaki tua kembali hidup miskin seperti dulu.<br />Sahabat, kadang kita ingin dalam hidup ini sesuatu yang serba cepat dan instant. Tak jarang kita bekerja tanpa peduli terhadap kesehatan tubuh kita, tak peduli terhadap anak dan istri kita. Semuanya karena kita mengejar karier dan usaha, walaupun pada akhirnya ingin membahagiakan keluarga kita.<br />Kita ibarat si lelaki tua yang membelah angsa untuk mencari telur emas. Kesehatan tubuh kita, pendidikan dan kasih sayang terhadap anak dan perhatian yang memadai buat istri adalah angsa yang kita sembelih. Kita korbankan mereka demi memenuhi ego dan mimpi kita.<br />Hingga suatu waktu, ketika tubuh kita renta dan sakit sakitan, anak kita semakin asing dengan diri kita dan istri yang merasa terabaikan dalam hidup ini. Kita telah kehilangan telur-telur emas itu, dan angsa-angsa itu telah mulai membatu.<br />Sahabat, mumpung masih ada waktu, yuk kita koreksi diri. Untuk menghasilkan telur-telur emas, kita harus memelihara dan memperhatikan angsa-angsa kita. Dan, kita tak akan bisa menghasilkan telur emas, kecuali dengan menjaga kesehatan tubuh kita dan menyayangi serta memberdayakan anak-istri kita.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-29895724068494734862009-03-18T00:22:00.000-07:002009-03-18T00:27:28.663-07:00BAJU YANG MENIPU<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrY6NHBK2YvFawl-NjUopz_6LJl1JqPJtfwdAQIz8AW2TtP_kFAHyqZgNTf2KDmXF_PaR8_sfzI7LBwkBTnF80ZuTRs6W8OfExBhJRYpNklttxI1qaq_jDpvIcXCsbS5iHJa-nQIT1oA/s1600-h/Plontos+smile.jpg"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrY6NHBK2YvFawl-NjUopz_6LJl1JqPJtfwdAQIz8AW2TtP_kFAHyqZgNTf2KDmXF_PaR8_sfzI7LBwkBTnF80ZuTRs6W8OfExBhJRYpNklttxI1qaq_jDpvIcXCsbS5iHJa-nQIT1oA/s320/Plontos+smile.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5314425768157559346" /></a><br />Disuatu pagi yang cerah, sepasang suami istri berjalan bergandengan tangan menaiki tangga sebuah universitas ternama. Harvard University di Texas, Amerika Serikat. Baju sederhana dengan warna yang mulai pudar oleh waktu, terlihat kontras dengan baju mahasiswa sekitarnya yang lalu lalang. Mereka disambut sekretaris universitas, seorang gadis manis dan perlente. Melihat baju sederhana yang dikenakan pasangan tersebut, sang sekretaris memperlihatkan wajah yang kurang sedap.<br />“Kami ingin bertemu dengan pimpinan universitas” kata sang istri dengan senyum mengembang.<br />“Beliau sedang sibuk, tidak bisa diganggu. Apakah ibu sudah membuat janji?” Tanya sekretaris dengan wajah penuh tanya. “Ah…ada urusan apa mereka dengan pimpinan” detak tanya berdentang di hati si sekretaris.<br />“Belum, tapi kami akan menunggu” jawab sang suami.<br />“Selama empat jam” tukas sang sekretaris, sambil berharap sepasang suami-istri membatalkan keinginannya.<br />Waktu merambat perlahan, detik demi detik, menit demi menit, tak terasa sudah empat jam sepasang suami istri itu menunggu. Dengan merengut sekretaris menelpon pimpinannya.<br />Tak lama, nampak seorang lelaki paruh baya, berkacamata tebal mendatangi suami-istri tersebut. Melihat baju sederhana dan warna pudar yang dipakai pasangan tersebut, lelaki itu memasang wajah masam.<br />“Saya pimpinan universitas ini. Ada apa gerangan bapak-ibu mencari saya” Tanya si pemimpin.<br />Dengan wajah sendu sang istri menjawab, “dulu anak kami satu-satunya, ingin sekali kuliah di tempat ini, dan dengan usaha yang keras, dia akhirnya bisa kuliah ditempat yang selalu ia impikan ini. Namun, kini dia tak bisa lagi kuliah disini, karena setahun yang lalu dia mengalami kecelakaan dan meninggal”<br />“Lalu apa hubungannya dengan kami” Tanya sang pemimpin.<br />“Sekarang genap setahun dia meninggalkan kami, kami ingin ada sesuatu yang bisa kami sumbangkan ke universitas ini untuk mengingat dia” jawab sang istri.<br />“Wah, kalau setiap yang meninggal harus dibuatkan tugu atau monument ditempat ini, maka, universitas ini akan menjadi komplek kuburan” tegas sang pemimpin menunjukkan ketidaksukaannya.<br />“Oh tidak, kami tidak ingin membangun tugu atau monument di sini. Mungkin kami bisa membuatkan gedung dengan memakai namanya” jelas sang suami datar.<br />“membangun gedung” sang pemimpin heran. “Untuk membangun universitas ini, kami membutuhkan dana US $ 75.000,-“ ungkap sang pemimpin, dengan harapan pasangan itu segera meninggalkan dirinya.<br />“Kalau Cuma segitu, kenapa tidak kita dirikan sendiri saja sebuah universitas” kata sang istri kepada suaminya. Dengan wajah bingung dan heran, sang pemimpin memandangi kepergian pasangan tersebut.<br />Tak lama pasangan suami istri itu pindah ke kota California, mereka membangun sebuah universitas, Stanford University. Sebuah universitas papan atas ternama di amrik, bahkan di dunia.<br />Sahabat, dalam keseharian, kadang kita terpesona oleh baju orang lain. Mahal, mewah, modis atau bermerek. Sering kita menilai seseorang dari baju yang mereka pakai. Versace, dior, prada, si martin dan seabrek merk baju lainnya sering membutakan mata dan pikiran sehat kita. Sehingga, terhadap mereka yang sederhana, kita sering berburuk sangka terlebih dahulu.<br />Apalah arti sebuah baju, padahal itu cuma bungkus. Yang lebih utama adalah pribadi dibalik baju. Kadang mereka yang berbaju sederhana adalah pribadi-pribadi berhati emas.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-16534035696489191402009-03-18T00:15:00.000-07:002009-03-18T00:22:12.862-07:00MALAIKAT-MALAIKAT CILIK<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8Bu89uV8uZ6-AO4OFLgpoehyphenhyphenUjUtRD2YU-WpHVcDInTfO6WWc1HOQrjIafqBJ44t5mpdLIytEStT3rSZ9e8TyjmJ1MbmzzJ2fUvE3JhHi9iYcRBHKJxGwV0W8-5xOBvqnfotagl_T8w/s1600-h/jaket+oval2.jpg"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8Bu89uV8uZ6-AO4OFLgpoehyphenhyphenUjUtRD2YU-WpHVcDInTfO6WWc1HOQrjIafqBJ44t5mpdLIytEStT3rSZ9e8TyjmJ1MbmzzJ2fUvE3JhHi9iYcRBHKJxGwV0W8-5xOBvqnfotagl_T8w/s320/jaket+oval2.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5314424409481820738" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCNIXHztdqVmW2Xl2t6B0zW1gBjzoEw7dqj7rTQQ6ukZ2s_JyhI-ThX3a4ofhwblxlU50RZuF3B3ztXQAmisCf2hvlezVc2TWZI3cLNgT9AADuEErWUTOx_Qhw7HoUWdAymseML7MU3w/s1600-h/Kopral.jpg"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCNIXHztdqVmW2Xl2t6B0zW1gBjzoEw7dqj7rTQQ6ukZ2s_JyhI-ThX3a4ofhwblxlU50RZuF3B3ztXQAmisCf2hvlezVc2TWZI3cLNgT9AADuEErWUTOx_Qhw7HoUWdAymseML7MU3w/s320/Kopral.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5314423921716794834" /></a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-81491957860924237502008-11-02T18:50:00.000-08:002008-11-02T19:09:34.616-08:00KELUAR DARI KOTAK<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHoTBgSBbyxynjFmGX3KzW2lBPpF7KCsFezwAG9uj-pkS2g0mf3jO8R-O6PiN_wduAAVmWPhGORnKtCjS7lo7xc86Scd1NN-Qbrcq1RJVLtXFnN3cybsoZ-zhFn7mS29rroQmZhuHnnQ/s1600-h/Tuyul+gunung+surowiti.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHoTBgSBbyxynjFmGX3KzW2lBPpF7KCsFezwAG9uj-pkS2g0mf3jO8R-O6PiN_wduAAVmWPhGORnKtCjS7lo7xc86Scd1NN-Qbrcq1RJVLtXFnN3cybsoZ-zhFn7mS29rroQmZhuHnnQ/s320/Tuyul+gunung+surowiti.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5264262808256719826" border="0" /></a><br />rutinitas yang menumpuk, prosedur baku yang kaku, pola pikir yang sempit dan instan tanpa kita sadari menjebloskan kita pada sebuah ruang semu yang membelenggu. pemahaman, sudut pandang dan ego menyebabkan kita terkukung dalam sebuah kotak yang kita buat sendiri, tanpa kita sadari. hal itu, yang membuat hidup terasa menjemukan, gelisah dan tidak bebas. karena kita telah mengikat dan membatasi dunia kita dalam sebuah kotak.<br />saya teringat dongeng sang kodok kolam yang sedang dikunjungi kodok laut. dengan bangga sang kodak kolam menunjukkan kolamnya yang dalam dan luas (2x3 m) sembil melompat kedalamnya.<br />"pernahkah kau lihat dan menyelam sedalam ini, apakah rumahmu seperti ini" teriak kodok kolam kepada temannya.<br />sang kodok laut hanya terdiam, bagaimana dia bisa menggambarkan luas dan dalam lautan tempat tinggalnya kepada kodok kolam, " kau datang aja kerumahku" jawab kodok laut.<br />nah, mumpung mentari masih bersinar cerah, dan alam masih tersenyum manis, mengapa tidak kita coba membuka dan keluar dari kota yang mengukung kita selama ini. cobalah membuka cakrawala lebih luas dan memahami sekitar dengan lebih banyak sudut pandang. banyak warna, banyak bunga dan makna yang manyatu dalam senandung harmoni memuja TuhanUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-88528300156250853632008-06-16T23:33:00.000-07:002008-06-16T23:40:32.579-07:00malam<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVLzCdyurxoZOC-XT59YMszT94XnRWWTHn98O1V_0qKWhL6XEzaEoS0VJs95MniY1oypvEAWgVifNbMNN-krLBw9h0Lr-u0OhtsJQ1ibmHfteZWhLOqUTvBa62gzaS-hIH3FX5ve7nHw/s1600-h/malam.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVLzCdyurxoZOC-XT59YMszT94XnRWWTHn98O1V_0qKWhL6XEzaEoS0VJs95MniY1oypvEAWgVifNbMNN-krLBw9h0Lr-u0OhtsJQ1ibmHfteZWhLOqUTvBa62gzaS-hIH3FX5ve7nHw/s320/malam.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5212736504251068850" border="0" /></a><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;color:black;" >"Demi malam, pabila menutupi (cahaya siang)..."</span><p><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;color:black;" ><br /></span></p><p><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;color:black;" >Allah memberikan 'kekhususan', atau sebutlah bonus, pada malam. sebab, di sepertiga atau dua pertiga malam merupakan saat terlelap seseorang beristirahat. Di saat seperti itu, seseorang berjuang melawan kantuk, dan udara dingin yang meninabobokkan. Apalagi bila membayangkan betapa asyiknya orang-orang tertidur.</span><span style=";font-family:Arial;font-size:100%;color:black;" ><o:p></o:p></span></p> <p><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;color:black;" >Tapi, bukankah keikhlasan namanya, ketika seseorang beringsut dan menjauhkan rusuknya dari pembaringan demi beribadah kepada Allah? Keikhlasan, menjadi sesuatu yang tak ternilai, karena sudi menyisihkan kantuk. Padahal siapakah yang melarang kita tertidur ketika IA sendiri memberikan malam untuk beristirahat. Di tengah konteks demikian, betapa dalam makna ikhlas, ketika kita sudi terjaga di tengah kebeningan malam di saat khusyuk lebih mudah teraih (lihat QS 73:6).</span><span style=";font-family:Arial;font-size:100%;color:black;" ><o:p></o:p></span></p> <p><span style=";font-family:Verdana;font-size:100%;color:black;" >Tak mengherankan, Allah mengganjar keikhlasan hamba-hamba-Nya yang sudi menjauhkan rusuknya, dari pembaringan. Tak sekadar turun ke lapis langit terendah dan mengabulkan doa hamba-Nya yang masih beribadah, IA pun memberikan ketenangan batin. Bukankah ketenangan batin pun merupakan tempat terpuji ketika orang-orang, di hari-hari ini, remuk dan gelisah oleh ambisi duniawi?</span><span style=";font-family:Arial;font-size:10;color:black;" ><o:p></o:p></span></p>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-48033449694974534402008-06-08T20:34:00.000-07:002008-06-08T20:38:32.149-07:00TEMUKAN DIRIMU DALAM SEPI<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjE-uePc5zHieHPT3MMRD0VAgEOFowQAgDe_HV6tOIGUWKVKSfaYvtYNHMUQqobyY7xbyEJ2dLPPxSdHrNbQI73KhCf4-lN_yOS0cMpaFD_BN0bKvT8QiuBIVPrTlaJVIXoMmSdB5Lc4g/s1600-h/balinyepi.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjE-uePc5zHieHPT3MMRD0VAgEOFowQAgDe_HV6tOIGUWKVKSfaYvtYNHMUQqobyY7xbyEJ2dLPPxSdHrNbQI73KhCf4-lN_yOS0cMpaFD_BN0bKvT8QiuBIVPrTlaJVIXoMmSdB5Lc4g/s400/balinyepi.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5209720632975218178" border="0" /></a><br /> <p class="MsoNormal">Disebuah pabrik penggilingan padi, terjadi kegaduhan. Jam tangan milik seorang karyawannya terjatuh ke dalam tumpukan dedak (kulit padi). Dengan dibantu teman temannya, sang pemilik jam mencari, mengaduk dan mencarai-beraikan tumpukan dedak. Alhasil, sang jam tak ditemukan, detaknya tak terdengar ditingkahi deru mesin giling.</p> <p class="MsoNormal">Saat jam istirahat, sang pemilik jam dan teman-temannya makan siang. Dilihatnya seorang anak kecil jongkok ditumpukan dedak yang telah tercerai berai. Dengan seksama ditajamkan pendengarannya, disatukan irama tubuhnya dan difokuskan penglihatannya. Sedetik disibaknya tumpukan dedak, diambilnya sebuah jam tangan tua dari dalamnya.</p> <p class="MsoNormal">Dengan keheranan sang pemilik jam yang sejak tadi memperhatikannya, bertanya, bagaimana dia seorang diri bisa menemukan jam itu, sedang ia dengan teman-temannya tak bisa menemukan.</p> <p class="MsoNormal">“Bapak<span style=""> </span>dan teman-teman bapak mencarinya ditengah keramaian, kesibukan dan waktu yang semakin menghimpit. Sedang saya mencarinya seorang diri, cukup saya diam dalam hening, kudengar detak detak jarum jam, disitulah jam bapak terbenam” jawab sang anak ringan.</p> <p class="MsoNormal">Saudaraku, keheningan adalah milik kita yang semakin lama semakin hilang dari kehidupan kita. Kesibukan yang terus menerus, rutinitas yang semakin menjemukan, tuntutan kehidupan yang semakin mencekik, dan target atasan yang semakin tak manusiawi. Sering membuat kita abai terhadap diri untuk merenung, mengheningkan diri. Merangkai kelembutan-kelembutan dalam kehidupan kita, mempertanyakan sejauh mana diri menjadi berarti dan bermakna bagi kehidupan sekitar, melihat bekal yang akan kita bawa menuju perjalan pulang kerumah-Nya.</p>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-49715083543359075142008-05-23T02:05:00.000-07:002008-05-23T02:18:51.624-07:00Semut Vs Sulaiman<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguGwlge_2p1oJuIWhaLxRCkT7zqwrD0_aQpNdomWpPrXcfBtGUhFF_di6rM11ZxOFkOYdIRNaDGku1EFmpsmJkDrYtF3ZMHyIgMAfYFsYUaPOdGTqXkxGZyGZfG30DsS30Bhu1RFERYQ/s1600-h/semut.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguGwlge_2p1oJuIWhaLxRCkT7zqwrD0_aQpNdomWpPrXcfBtGUhFF_di6rM11ZxOFkOYdIRNaDGku1EFmpsmJkDrYtF3ZMHyIgMAfYFsYUaPOdGTqXkxGZyGZfG30DsS30Bhu1RFERYQ/s400/semut.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5203500284945278642" border="0" /></a><br />"<span style="font-style: italic;">Berapa butir gandum yang kau makan dalam sebulan</span>" tanya Nabi Sulaiman, penguasa separuh jagad, kepada seekor semut.<br />"<span style="font-style: italic;">Satu butir, wahai raja yang mengusai segala makhluk</span>" jawab semut kepada raja yang tidak hanya manusia yang tunduk, setan dan jin pun patuh, bahkan angin dan air pun tak kuasa menolak perintah.<br />"<span style="font-style: italic;">Baik kau akan kuberi sebutir gandum dalam sebotol kaca, aku ingin membuktikan apakah benar omonganmu itu</span>" perintah sang raja.<br />selang satu bulan, Nabi Sulaiman menjenguk sang semut di dalam botol, ternyata semut itu hanya memakan setengah butir gandum. dengan keheranan Sulaiman bertanya "<span style="font-style: italic;">Mengapa tak kau habiskan sebutir gandum itu, kok disisakan separuh".</span><br />"<span style="font-style: italic;">Ya Nabi, kalau di alam bebas, aku makan sebutir gandum bahkan lebih, itu karena aku yakin Tuhan yang menanggung rezekiku. Tapi, sekarang engkau yang menanggung rezekiku. ketahuilah, meski kau raja yang kaya raya, tapi kau tak lebih hanya manusia yang mudah berubah dan lupa. aku takut kau lupa memberiku makan, karenanya kumakan gandum itu hanya separuh</span>" jawab semut penuh keyakinan.<br />"<span style="font-style: italic;">BRUKK! wadoww</span>" aku teriak kesakitan, aku jatuh dari kasurku tidurku yang empuk. ada bentol dilenganku, ternyata seekor semut merah menggigitnya. "Ya Tuhan, aku belum sholat dhuhur, padahal udah jam dua" terima kasih Tuhan, terima kasih semut. kau tak hanya mengingatkan agar aku segera sholat, tapi, kuga mengingatkan aku agar selalu menggantungkan harapan kepada Tuhan, bukan kepada raja, nabi, atau kiai.<br />Allohusshomad (Allah tempat meminta) QS. Al Lhklas; 2.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4544006566299959700.post-78724815325786492382008-05-23T01:59:00.000-07:002008-06-16T23:29:45.889-07:00Aku Letih<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHaGDwsE7QJ0PECNFK4rbzQrjK0zyfroJN25UTEY2S0-MNjbW6aKt6BIRkB_r0gN3F8BSA7v7jLn4BhDxPuPkTVJWYOctSdo4qhmSoBtGIHJX4w-9VWO_-zVBUC7OaoTmEEOJXux1I8Q/s1600-h/ngantuk.gif"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHaGDwsE7QJ0PECNFK4rbzQrjK0zyfroJN25UTEY2S0-MNjbW6aKt6BIRkB_r0gN3F8BSA7v7jLn4BhDxPuPkTVJWYOctSdo4qhmSoBtGIHJX4w-9VWO_-zVBUC7OaoTmEEOJXux1I8Q/s400/ngantuk.gif" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5212733815717806786" border="0" /></a><br />“<span style="font-style: italic;">aku letih</span>” guman sang hati pelan, bergema di sudut-sudut dinding dada. Hidup hanyalah sebuah rutinitas yang kehilangan makna. Kehidupan semakin tak ramah, dan menampakkan wajah yang tidak manusiawi, sangar dan kejam. <p class="MsoNormal"><st1:city st="on">Surabaya</st1:city>, tempatku menjalani sekeping kehidupan, sebuah <st1:place st="on"><st1:city st="on">kota</st1:city></st1:place> metropolis yang berlari mengejar mimpi dan angan semu demi sebuah tropi dan puji. Dan, aku hanya sebuah noktah dari jutaan titik dan noda dalam sebuah kanvas metropolita. Entah tanpa sadar atau ikut-ikutan, aku ikut berlari dan berlari, bekerja dan bekerja demi sebuah mimpi yang semakin jauh tak terjangkau.</p> <p class="MsoNormal">“<span style="font-style: italic;">mengapa aku cepat letih sekarang</span>” kulihat bayang-bayang semakin lemah dan ringkih ditempa deru bis <st1:place st="on"><st1:city st="on">kota</st1:city></st1:place> dan bemo. Memang, manusia di <st1:place st="on"><st1:city st="on">kota</st1:city></st1:place> besar terbagi menjadi dua, orang kecil dan orang elit. Orang kecil diwakili oleh bus <st1:place st="on"><st1:city st="on">kota</st1:city></st1:place> dan bemo serta sepeda motor, mereka seenaknya aja berkendara tanpa peduli keselamatan dan kenyamanan orang lain. Dan sebagai orang kecil, aku harus rela berdesakan bak ikan pindang didalam bis <st1:place st="on"><st1:city st="on">kota</st1:city></st1:place>. Dan, orang besar diwakili mobil-mobil mewah yang berseleweran di jalan, mereka dengan seenaknya memakai jalan, karena alasan terburu waktu dan bisnis. </p> <p class="MsoNormal">Rutinitas yang semakin kehilangan makna, membuat diri menjadi cepat lelah, labil dan lemah. Padahal banyak kelembutan-kelembutan diseketar kita, senyum manis istri tercinta, rajuk manja anak-anak tersayang, tangis penderitaan orang-orang terlantar yang menyembul dari rusuk-rusuk kurus mereka, atau tangis sesal kepada Tuhan diakhir malam. Semua itu kelembutan-kelembutan yang menjadikan hidup lebih berwarna dan bermakna.</p> <p class="MsoNormal">Mungkin semuanya kembali kepada niat tulus dihati kita yang paling dalam (fuad). Apakah mengisi kehidupan ini diniatkan untuk mencari puji, prestasi dan tropi semata. Apakah hidup hanya untuk mengejar sejuta materi bak orang membuang air di tempayan demi mengharap air hujan. Bila itu yang kita niatkan, mungkin hidup kita menjadi roda mesin industri yang tak kenal kasih. </p> <p class="MsoNormal">Dalam hidup, kita sering mengalami kegagalan dan kekalahan. Apabila tiada niat yang ikhlas, hati yang bersih dan amal yang suci, kita akan selalu mengalami kekecewaan demi kekecewaan. Kekecewaan terhadap hidup yang terus berulang dan berulang, bisa membawa kita pada muara kekecewaan terhadap Sang Pemberi Kehidupan, Tuhan. Tak terasa doa kita akan semakin kering dan palsu. Doa bukan lagi sebagai pengakuan dosa, tapi cercaan pada sang kuasa. Doa bukan lagi lagu indah tangis penuh haru, tapi tuntutan-tuntutan yang harus segera dipenuhi. Doa bukan lagi permintaan penuh harap, tapi ultimatum. Bila itu yang terjadi, akankah hilang, dimanakah indahnya rona kehidupan, syahdunya kerinduang sang pencari cinta di akhir malam dan dimanakah kemustajaban doa-doa.</p> <p class="MsoNormal">Atau kita harus merevesi ulang niat hati kita untuk lebih lurus dan suci. Sekecil apapun upaya kita dalam mengisi hidup, jadikan sebagai ladang pengabdian dan amal sholeh terhadap sekitar kita, bahkan sebagai bentuk ibadah dan cinta kita kepada Tuhan. Insya Allah hidup akan menjadi lebih bermakna dan bergairah, hidup mengharu biru dalam kebahagian penuh canda dan cinta kasih, bak nyanyian burung bulbul di taman bunga mawar.</p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p>Unknownnoreply@blogger.com0