Rabu, 23 April 2008

IKHLAS


"Saya tidak pernah berpikir menjadi lilin, karena saya tidak pernah memiliki kearifan seorang mahatma ghandi" (sonia gandi)
Keikhlasankah namanya, ketika lilin membakar tubuhnya hingga meleleh demi menerangi sekitarnya? Begitupun keikhlasan yang mendorong sepotong kayu membakar dirinya demi menghangatkan kedinginan di sekelilingnya. Dengan rasa kasih yang luas menyebabkan seseorang berlapang hati, memberikan miliknya untuk digunakan orang lain kendati akibatnya ia kehilangan kenyamanan.
bagaimana caranya 8untuk bisa ikhlas?
Tasauf mengajarkan semua bermula dan bermuara kepada telaga hati.
Membersihkan pekarangan hati bermula dari keinginan melakukan kontemplasi: apa makna kehadiran kita di bumi ini? Ditengah perjalanan hidup sejauh manakah kita memberikan manfaat bagi individu lain? maupun alam sekitar? adakah pertimbanagn lebih condong kepada kebatilan?
Mungkin kita bukan sosok yang gemar merenung, ketika Allah menyuruh hambanya untuk suka memikirkan, terutama yang berkaitan dengan kebesaran-Nya. maka, sebelum mencapai rumah ikhlas, sebaiknya kita terlebih dahulu ikhlas untuk melihat rumah kita, penyakit-penyakit hati kita: ego, tamak, dan merasa superior. maka akhirilah malam kita dengan kemauan menggeledah diri, untuk kemudian mengawali pagi dengan perbaikannya. Dengan demikian kita telah memulai pembersihan pekarangan hati.
Ketika pekaran hati mulai bersih, siramilah dengan dzikrullah. Dzikir menggiring kita untuk menghampiri-Nya, insya Allah kita pun dituntun untuk mengikuti sifat sifatnya. Bukankah Dia maha pengasih. Dengan menghampirinya kita akan dikasih dan diajari untuk mengasihi sesama, lingkungan bahkan alam lain. rasa kasih pasti bermuara pada keikhlasan terhadap sesama.
"Ya Tuhan, ajari aku untuk bisa ikhlas dalam mengabdi kepada-Mu, ikhlas dalam menyayangi sesama dan ikhlas terhadap apaun yang Kau berikan, karena itu adalah yang terbaik bagiku"

Tidak ada komentar: