Rabu, 18 Maret 2009

ANGSA BERTELUR EMAS


Alkisah, seorang lelaki tua tinggal di sebuah peternakan bebek dan angsa, salah satunya seekor angsa tua yang sudah tidak produkif. Sudah tidak bertelur lagi.
Tiba-tiba suatu pagi, sang lelaki menemukan sebutir telur emas di kandang angsanya. Dengan keheranan dan takjub, diambilnya telur tersebut.
“benarkah ini telur emas, atau hanya warnanya saja yang keemasan” ujarnya takjub dan penasaran.
“akan kubawa ke kota untuk kubuktikan bahwa telur ini emas atau hanya berwarna keemasan” sang lelaki segera pergi ke kota.
Sesampainya di kota, dibawanya telur emas tadi ke tukang emas. “ini adalah emas murni, 24 karat dengan berat hampir 1 kg” ungkap tukang emas takjub.
“kalo begitu, uangkan sekalian berapa harga emas itu” pinta lelaki tua gembira.
Setelah segepok uang diterima, sang lelaki segera membelanjakan berbagai keinginan dan mimpi yang selama ini terpendam. Dibelinya baju baru yang mewah, kereta kuda dan berbagai perhiasan lainnya.
Sebulan sudah sang lelaki menikmati telur emas angsa setiap harinya. Rumahnya yang reot telah disulap menjadi istana megah dan sang angsa tua pun kini tinggal di kamar tersendiri di dalam istananya.
Suatu malam terpikir oleh lelaki tua “mengapa aku harus menunggu satu per satu telur emas setiap harinya? Mengapa tidak kubelah saja tubuh angsa, tentu di dalamnya banyak telur emas?” pikiran serakah dan ingin cepat kaya pun menggurat dalam otak sang lelaki.
Malam itu, diasahnya pisau dan dibelahnya dada angsa tua. Sayang, tidak ada telur emas sebutir pun didalam tubuh angsa itu. Celakanya, si angsa pun mati.
Hari demi hari sang lelaki hanya bisa menyesali kecerobohannya. Dia hidup dengan menggerogoti kekayaan dari telur emas si angsa dulu. Semakin lama kekayaannya semakin habis. Si lelaki tua kembali hidup miskin seperti dulu.
Sahabat, kadang kita ingin dalam hidup ini sesuatu yang serba cepat dan instant. Tak jarang kita bekerja tanpa peduli terhadap kesehatan tubuh kita, tak peduli terhadap anak dan istri kita. Semuanya karena kita mengejar karier dan usaha, walaupun pada akhirnya ingin membahagiakan keluarga kita.
Kita ibarat si lelaki tua yang membelah angsa untuk mencari telur emas. Kesehatan tubuh kita, pendidikan dan kasih sayang terhadap anak dan perhatian yang memadai buat istri adalah angsa yang kita sembelih. Kita korbankan mereka demi memenuhi ego dan mimpi kita.
Hingga suatu waktu, ketika tubuh kita renta dan sakit sakitan, anak kita semakin asing dengan diri kita dan istri yang merasa terabaikan dalam hidup ini. Kita telah kehilangan telur-telur emas itu, dan angsa-angsa itu telah mulai membatu.
Sahabat, mumpung masih ada waktu, yuk kita koreksi diri. Untuk menghasilkan telur-telur emas, kita harus memelihara dan memperhatikan angsa-angsa kita. Dan, kita tak akan bisa menghasilkan telur emas, kecuali dengan menjaga kesehatan tubuh kita dan menyayangi serta memberdayakan anak-istri kita.

Tidak ada komentar: