Senin, 03 Mei 2010

KAYA YANG MISKIN

Minggu pagi yang cerah, seorang pengusaha sukses mengajak anak lelaki bungsunya bermobil ke pinggiran kota, memasuki desa desa kecil, pertanian dan padang rumput peternakan. Sang pengusaha ingin menunjukkan bagaimana kehidupan rakyat miskin di desa.
Setelah puas, mereka pun pulang. Di tengah perjalanan, sang pengusaha ingin mengetahui kesan anaknya tentang apa yang dilihatnya tadi.
“Bagaimana menurutmu kehidupan mereka anakku” Tanya sang pengusaha.
“Luar biasa, saya mendapati pelajaran yang berharga” jawab sang anak bungsu.
“Apa itu nak” sang ayah penasaran.
“ Ayah, kita punya kolam renang 8 x 15 meter dirumah, tapi, mereka memiliki sungai kecil di depan rumah yang mengalir jernih dan menyegarkan.
Kita punya taman bunga sempit di depan rumah, tapi, mereka punya taman yang luas hingga menyentuh kaki langit dengan aneka bunga dan kupu.
Kita punya lampu taman yang mahal dari luar negeri, tapi, mereka menggunakan bintang untuk menyinari taman mereka”
Halaman rumah kita seluas sekian meter dibatasi pagar tinggi, tapi, halaman mereka begitu luas berpagar horizon.
Kita biasa membeli makanan jadi kapanpun, tapi mereka mengolah makanan sendiri.
Kita punya satpam dan anjing penjaga dirumah, tapi, mereka saling menjaga sesamanya.
Kita punya tiga mobil mewah dirumah, tapi, mereka selalu gonta ganti mobil setiap pergi.
Malam-malam kita selalu gelisah takut kemalingan, tapi, malam-malam mereka begitu indah dengan mimpi-mimpi tanpa takut kehilangan.
Sekarang aku sadar ayah, betapa miskinnya kita dan betapa kayanya mereka”
Sang pengusaha sukses itupun terdiam tanpa bias berkata apapun.

Saudaraku, dalam hidup, kadang kita dibuat repot dan cemburu dengan apa yang dimiliki orang lain, bukan milik kita. Rumah kita luas tapi Cuma satu kursi yang kita nikmati. Kamar kita banyak tapi Cuma satu kamar yang kita tiduri, rumah kita banyak, Cuma satu yang ditempati. Mobilpun banyak tapi tidak bisa sekaligus kita tumpangi, Cuma satu. Selebihnya pembantu dan orang lain yang menikmati.
Hidup beorientasi memiliki bukan menikmati. Serakah dan pelit.
Yuk kita rubah modus hidup kita, dari modus memiliki menjadi modus menikmati dan memberi.

Tidak ada komentar: