Senin, 12 Mei 2008

Dzikir Sang Rumput


Saat pagi, lihatlah mentari, pandangilah bunga dan nikmati keanggunan rumah kita, tapi jangan buang mukamu dari rerumputan yang sedang bergoyang. Rumput iu sedang ekstase berdzikir dan memuji-Nya. bukankah setiap makhluq di alam ini bertasbih memuji-Nya. Sang batu berdzikir dengan diamnya yang mati. Sang burung dengan kicaunya dan angin menyebut namanya lewat desau pagi yang menyejukkan. bukankah dzikir itu menyejukkan dan menggairahkan, karena, dzikir yang membakar jerami bukanlah dzikir, tapi teriakan keledai dungu.
Jangan abaikan rumput yang bergoyang, karena ia sedang berdendang memuji Tuhan. Lihatlah senyum-Nya di balik hijau. Bukahkah Musa ditegur Tuhan melalui rumput. makhluk yang kita anggap gulma dan perusak pesona taman.
Alkisah, Nabi Musa, sedang sakit gigi. Berbagai obat telah dicoba, namun sakit semakin menggigit gigi. Diujung harap, dia berdoa kepada Tuhan, agar sakitnya disembuhkan. Bukankah dia Rosul, kekasih Tuhan, pasti doanya terkabul. "Tuhan...gigiku sakit" adunya sambil menyeringai.
"Musa, ambillah rumput yang kau injak itu, teteskan air mata yang keluar darinya" perintah-Nya. Musa mencabut rumput yang terinjak kakinya yang kokoh, diteteskanya getah rumput ke giginya. Ajaib, gigi Musa tidak sakit lagi, sembuh.
Suatu hari, sakit gigi itu kambuh. Musa segera mencabut rumput dan meneteskan getahnya seperti dulu saat diperintah Tuhan. Tapi, giginya masih senut-senut, sakit itu semakin menghunjam, Musa pun heran. "Tuhan, obatmu dulu kok nggak manjur lagi"
"Musa, dulu kau berobat karena Aku, makanya kusembuhkan. tapi, sekarang kau berobat karena rumput"
Subhanallah, makhluk yang kita anggap pengganggu itu, ternyata menegur Musa untuk kembali memuji Tuhan, dan menggantungkan asa hanya kepada-Nya.

Tidak ada komentar: