Minggu, 04 Mei 2008

HIDUP LAKSANA MENGUPAS BAWANG


“Ayah… maem, Oval lapel” rajuk malaikat kecilku, mengagetkan di sebuah sore diiringi denting gerimis yang malas. “Laper nak, Oval mau ikan apa?”. “ Ikan telul dadal yah” sahut anakku dengan bahasa yang masih pelo, lucu kedengarannya. “Ok… tunggu sebentar ya” sahutku sambil meninggalkannya ke dapur. Kalo’ soal buat telul dadal, eh telur dadar, saya jagonya. Istripun kalah untuk resep yang satu ini, gampang dan praktis.

Sambil menikmati gerimis, kuambil bawang merah di tempat bumbu. Wah, bawangnya sudah kering, coklat dan kotor, mungkin istriku, ridha, lupa belanja. Tapi tak apa, mungkin di dalamnya masih bagus.

Perlahan dan hati-hati kukupas kulit bawang yang coklat, bau dan kotor ini, mataku mulai terasa perih. Hm, benar juga, didalamnya masih bagus, merah muda, segar dan mengagumkan. Tak terasa tanganku terus mengupas si bawang merah. Warnanya semakin putih, terang dan segar. Bau bawang semakin menyengat, dan air mata pun mulai meleleh tanpa terasa. Aku terhanyut dalam aroma keindahan bawang yang semakin putih menyegarkan.

Denting gerimis semakin membuatku tenggelam dalam ekstase yang mambahagiakan. Ahh…aku jadi teringat pada perjalanan hidupku yang kering dan sempit. Hidup hanya sebuah rutinitas yang dikejar target, persaingan dan intrik yang menjemukan. Hidup hanya untuk mengejar materi, seperti air laut, semakin banyak diminum semakin membuat haus dan sengsara. Apakah aku terjebak dalam pusaran hidup yang ganas dan tanpa belas kasih. Banyak materi tapi tidak membahagiakan. Tuhan… kembalikan aku kejalan yang benar. Ihdinazh Zhirotol mushtaqiim.

Andai aku bisa bersabar dan tabah, mau menerima dengan ikhlas apa yang ada di genggaman, pasti jebakan itu bisa kuhindari. Nrimo ing pangdum, menerima dengan lapang hati apa dan berapapun pemberian-Nya, kata nenek dulu sewaktu masih hidup, adalah kekayaan terbesar yang nyata. tak usah kau pikirkan apa yang ada di belakang atau disampingmu, nikmati apa yang ada digenggaman tanganmu, kau akan menemukan kebahagiaan yang hakiki. Lihatlah ke dalam, jangan kau bebas liarkan nafsumu menerawang keluar. akan kau temukan mutiara yang hakiki di dihatimu. Mutiara yang memancarkan cahaya-Nya.


“Ayah… mana telul dadalnya, Oval lapel nih” malaikat kecil berumur 2 tahun, kembali mengagetkanku. “ Ya Allah… maaf nak, ayah kelamaan ya” tukasku. “ Ayah kok nangis” bening bola matanya keheranan. “Ooo… tidak, mata ayah kena aroma bawang, jadi meleleh” kulihat si bawang merah telah kubuka habis hingga ke jantung hatinya. Terpaksa kuambil lagi bawang yang tinggal sebutir di kotak bumbu, semoga masih bisa membuat telul dadalnya gurih dan enak.

Heehh… kalo dipikir-pikir, hidup memang seperti mengupas bawang merah. Diluar tampak kecoklatan, kotor, dan bau. Ketika dibuka, ia berwarna semakin putih. Semakin dibuka semakin putih. Dan, tatkala semuanya terbuka, tak ada apa-apa yang tersisa, kecuali air mata yang meleleh.

Yup, sudah mateng, hhmmm lezzaaaattt. Telur dadar istimewa yang dibuat dengan penuh perasAan dan hikmah. “Adeeeek Ovall, telurnya udah mateng nih” lho, malaikat kecilku tertidur dilantai berbantal tangannya yang mungil dan lucu. Maafkan ayah nak, kelamaan nunggu ya. Kasihan.

Tidak ada komentar: